Mohon tunggu...
SNF FEBUI
SNF FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Badan Semi Otonom di FEB UI

Founded in 1979, Sekolah Non Formal FEB UI (SNF FEB UI) is a non-profit organization contributing towards children's education, based in Faculty of Economics and Business, Universitas Indonesia. One of our main activities is giving additional lessons for 5th-grade students, from various elementary schools located near Universitas Indonesia. _________________________________________________________ LINE: @snf.febui _________________________________________________________ Instagram: @snf.febui ____________________________________________________ Twitter: @snf_febui _______________________________________________________ Facebook: SNF FEB UI ____________________________________________________ Youtube: Sekolah Non Formal FEB UI ______________________________________________________ Website: snf-febui.com ______________________________________________________ SNF FEB UI 2020-2021 | Learning, Humanism, Family, Enthusiasm | #SNFWeCare

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

E-Learning untuk PAUD di Era Pandemi, Apa Tantangannya?

14 November 2020   21:56 Diperbarui: 14 Maret 2021   00:02 1345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semenjak munculnya pandemi Covid-19, Kemendikbud telah mengeluarkan kebijakan terkait pembelajaran jarak jauh atau sering disebut online-learning sehingga mulai marak juga istilah lainnya, yaitu E-learning, suatu metode pembelajaran yang menggunakan perangkat elektronik. PAUD adalah pendidikan yang diselenggarakan sebelum pendidikan dasar [1]. Penggunaan E-learning untuk PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) kini berbasis sosial media. Sosial media yang semakin beragam bisa menjadi bantuan atau justru ancaman bagi anak-anak dalam menempuh pendidikan. Perlu diketahui bahwa pendidikan di lembaga PAUD dilakukan melalui kegiatan bermain, dimana anak mendapatkan pengetahuan melalui kegiatan mainnya sehingga model pembelajaran online menjadi tantangan besar. Pengasuhan dilakukan secara bersama-sama antara guru, orang tua dan masyarakat agar pendidikan dan pengasuhan di lembaga PAUD dan rumah selaras serta berkesinambungan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak [2].

Masalah yang Dihadapi

Dalam pembelajarannya, ketergantungan akan teknologi memiliki hambatan sebagaimana diakui oleh Kemendikbud yang melaporkan bahwa total satuan pendidikan di Indonesia yaitu 219.876 buah yang terdiri dari sekolah dan madrasah. Dari jumlah itu, yang sudah terjangkau listrik & internet sebanyak 179,097 buah atau (82%), yang tersedia listrik namun tidak tersedia internet sebanyak 33,227 buah atau (15%), serta tidak tersedia listrik dan tidak tersedia internet ada 7,552 (3%) sehingga total ada 40.779 lembaga atau 18% yang tidak terjangkau internet dan atau listrik.

dokpri
dokpri
Itu gambaran keterjangkauan internet sampai di sekolah, padahal pada masa Covid-19 ini posisi guru dan murid tidak di sekolah melainkan di rumah masing-masing. Jika posisi sekolah kebanyakan lebih terjangkau dibanding rumah-rumah penduduk, maka jumlah siswa yang tidak terjangkau internet masih lebih besar dari 20% [3].

Bukan hanya internet saja yang menjadi prioritas, pilihan media dan platform yang digunakan ikut menjadi penentu metode pembelajaran yang akan digunakan. Media yang paling sering digunakan dalam implementasi E-learning adalah audio visual, termasuk WhatsApp. Fitur pada WhatsApp Group dapat digunakan dalam pembelajaran anak PAUD di masa pandemi Covid-19, seperti fitur pesan teks, pesan suara, panggilan video, menerima dan mengirim gambar, video dan dokumen file. Penggunaan Whatsapp Group juga menjadi aplikasi yang memudahkan dalam proses pembelajaran online. Berbeda dengan aplikasi zoom yang membutuhkan jaringan kuat dan paket data yang banyak dalam penggunaannya.

Hasil penelitian ini senada dengan temuan KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) dan FSGI (Federasi Serikat Guru Indonesia) yang menyatakan bahwa 83,4% guru menggunakan sosial media (WhatsApp, Line, Facebook, dan Instagram) dalam pembelajaran di rumah secara E-learning [4]. Selama implementasi E-learning di Indonesia, dapat disimpulkan oleh Kemendikbud bahwa belum banyak guru menerapkan pembelajaran yang interaktif. Survei KPAI dan FSGI juga menyimpulkan bahwa 79,9% siswa merasakan tidak ada interaksi yang intensif antara guru dan siswa. Hal ini berdampak pada banyaknya anak yang tidak merasa senang untuk belajar di rumah [5]. 

Penggunaan Media Belajar Online

Penggunaan media pembelajaran bisa dilihat dari dua pihak, yaitu pihak murid dan orang tua serta pihak guru. Pihak guru/pendidik dituntut mampu merancang dan mendesain pembelajaran online yang ringan dan efektif, dengan memanfaatkan perangkat atau media daring yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Tidak kalah pentingnya lagi kesiapan para pendidik untuk menguasai aplikasi pembelajaran online sehingga pendidik bisa menggunakan aplikasinya dalam proses studi. Kendala mengajar yang dialami guru PAUD pada masa pandemi Covid-19 berada pada empat indikator yaitu kendala komunikasi, metode pembelajaran, materi dan biaya, serta penggunaan teknologi. 

Sedangkan untuk pihak murid dan orang tua, bisa dikatakan bahwa tidak  semua  anak sama  dalam  hal  kepemilikan  fasilitas  seperti  HP;  banyak  di  antara  para  siswa  yang  hanya memiliki  HP biasa.  Selain itu jika pun ada HP, keterbatasan  kuota  dan  jaringan yang kurang mendukung juga menjadi kendala. Materi  yang  disampaikan tidak sepenuhnya  dipahami  oleh siswa sehingga siswa kebingungan dalam menerima materi yang disampaikan guru. Walaupun KBM tersebut dilakukan menggunakan video call, tapi tetap saja tidak seefektif yang dibayangkan. Belajar melalui sistem online juga  sulit  untuk  mengontrol kehadiran anak-anak saat KBM, sehingga yang dapat mengikuti KBM adalah anak anak dengan fasilitas yang baik. Jika  banyak  daerah  menjalankan  belajar  online  dengan  mudah,  tidak  demikian  halnya dengan daerah-daerah  yang tertinggal  atau daerah pedalaman  yang belum  terjangkau listrik dan belum  meratanya  penggunaan  media  elektronik. 

Pemakaian Gadget Selama E-Learning

Platform media sosial dengan menggunakan gadget tidak selamanya menjadi solusi yang tepat dalam PJJ. Nyatanya, kebanyakan anak PAUD menggunakan gadget untuk bermain saja dan bukan untuk pembelajaran. Padahal, perangkat elektronik dan gadget dapat dimanfaatkan oleh orang tua untuk mengenalkan pelajaran kepada anak PAUD. Penelitian menunjukkan bahwa anak yang diajarkan komputer dasar lebih terampil pada pembelajaran. Apa yang bisa diajarkan kepada anak PAUD melalui perangkat elektronik? Antara lain mengetik, membuat tabel, menggambar, belajar matematika, dan mengarang cerita. 

Penggunaan gadget untuk pembelajaran harus memperhitungkan efek negatifnya. Efek negatif tersebut antara lain sebanyak 40% anak akan mengamuk jika tidak diberikan gadget. Walaupun 22% orang tua punya tujuan agar anak pintar dengan diberikan gadget namun hanya 1% saja anak pengguna gadget mendapatkan prestasi di sekolah. Apalagi setelah melakukan pembelajaran secara daring, anak-anak lebih banyak bermain gawainya setelah pembelajaran. Berarti seharian penuh bisa saja anak hanya terus bermain dengan gadgetnya. Bila hal ini terus berlanjut, muncul pula masalah lain yang menyangkut kesehatan anak. Lamanya penggunaan gadget akan berdampak pada kemampuan berbicara anak, hal ini dikemukakan oleh Pediatric Academic Societies Meeting [6]. 

Keefektifan Implementasi Kebijakan E-Learning untuk PAUD

Belum ditemukannya vaksin untuk Covid-19 ini membuat pendidik maupun pelajar tidak tau sampai kapan pembelajaran online ini akan diterapkan. Orang tua masih merasa takut kepada anaknya bila diterapkan kembali pembelajaran tatap muka di sekolah. Para pendidik PAUD memahami banyak faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pembelajaran online. Kurangnya kesiapan, penguasaan media online, dan interaksi pembelajaran menjadi alasan mengapa implementasi E-learning masih kurang berhasil. Berdasarkan kutipan dari Kompas, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menjelaskan bahwa yang akan dipermanenkan adalah platform pembelajaran jarak jauh (PJJ), bukan metode PJJ itu sendiri [7]. Meskipun demikian, banyak pendidik yang sejatinya menentang sistem pembelajaran jarak jauh ini karena anak-anak seusia PAUD biasanya bermain sambil belajar, apalagi mereka juga cepat bosan.  

Pelaksanaan pembelajaran online di PAUD harus tetap sesuai dengan aspek perkembangan anak. Walaupun banyak tantangan yang dihadapi dalam pembelajaran online ini, sebagai pendidik PAUD yang memiliki tanggung jawab penuh terhadap tumbuh kembang peserta didik harus berusaha optimal sehingga proses pembelajaran online tetap terjaga kualitasnya. Pembelajaran online merupakan salah satu cara untuk tetap menjalin komunikasi dengan peserta didik sehingga orang tua di rumah tetap terbantu dalam pembelajaran online. Pendidik harus bisa lebih kreatif dalam memilih metode mengajar sehingga peserta didik tetap semangat dalam menerima materi pembelajaran online dengan tidak melupakan prinsip pembelajaran PAUD anak, yaitu belajar seraya bermain. Perlunya  kerjasama  dengan  pihak  orang  tua dengan melakukan komunikasi efektif berkaitan dengan kegiatan  pembelajaran  yang  dilakukan  selama  pembelajaran  dari rumah karena orang tua juga termasuk salah satu pelaksana kegiatan [8].

Oleh : Christabel Nathania Surya | Akuntansi 2020

Staff Biro Jurnalistik

SNF FEB UI 2020-2021

Referensi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun