Rendahnya tingkat literasi menyebabkan Indonesia berada dalam kondisi krisis membaca. Berdasarkan riset yang dilakukan UNESCO, yaitu World’s Most Literate Nation pada tahun 2016 menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara [1].Â
Hal tersebut berpengaruh buruk untuk kondisi sumber daya manusia kedepannya. Karena maju atau tidaknya suatu negara terlihat dari sumber daya manusianya. Indonesia pun harus segera memberantas permasalahan literasi atau minat baca.
Pada tahun 2019, Kementerian Pendidikan dan Budaya (Kemendikbud) melakukan riset terkait Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca). Aktivitas literasi terdiri dari beberapa faktor diantaranya adalah kecakapan, akses, alternatif, dan budaya. Kategori dari Indeks Alibaca ada lima, yaitu sangat rendah (0-20,00), rendah (20,01-40,00), sedang (40,01-60,00), tinggi (60,01-80,00) dan sangat tinggi (80,01-100) [2].
Provinsi dengan nilai tertinggi adalah DKI Jakarta (58,16). Setelah itu disusul oleh Yogyakarta (56,2), Kepulauan Riau (54,76), Kalimantan Timur (46,01), dan Bali (44,58). Sebagai provinsi dengan indeks tertinggi, tingkat literasi di DKI Jakarta masih tergolong sedang. Selain itu, 24 provinsi lainnya memiliki tingkat literasi yang tergolong rendah dan satu provinsi tergolong sangat rendah, yaitu Papua (19,9). Rerata Indeks Alibaca nasional berada di angka 37,32% yang masih tergolong rendah [3].
Baca juga: Kampung Literasi, Wujudkan Geliat Minat Baca Berbasis Kawasan dan Inklusi Sosial
Riset-riset yang menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan tingkat literasi rendah merupakan suatu tanda bagi Indonesia untuk segera memberantas masalah tersebut. Lantas, seberapa pentingkah literasi? Apa penyebab dari rendahnya literasi di Indonesia? Dan bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut?
Pentingnya Literasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), literasi diartikan sebagai kemampuan menulis, membaca, serta kemampuan dalam mengelola suatu informasi. Literasi sangatlah penting untuk membantu individu dalam menginterpretasikan suatu informasi atau data. Karena literasi juga merupakan salah satu indikator untuk menentukan kesuksesan generasi muda seperti dalam mengelola informasi pengetahuan dan teknologi baik secara lokal maupun global.Â
Generasi muda yang memiliki kemampuan literasi rendah menjadi salah satu permasalahan dalam menciptakan SDM yang unggul. Kualitas SDM yang unggul dapat terlihat dari kemampuan individu dalam memahami serta mengembangkan informasi yang sudah ada. Maka dari itu, budaya literasi harus ditingkatkan untuk menciptakan SDM yang berkualitas.
Penyebab Rendahnya Tingkat Literasi
Rendahnya tingkat literasi masyarakat disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, kurangnya akses untuk membaca, terutama di daerah terpencil. Menurut Lukman Solihin, peneliti di Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan Balitbang Kemendikbud, terdapat empat dimensi dalam literasi, yaitu kecakapan, akses, alternatif, dan kebudayaan.Â