Konsep yang direncanakan tersebut memberikan kesan bahwa siswa melakukan pembelajaran agar langsung mengetahui manfaatnya saat ada di kehidupan nyata. Hal tersebut membantu pengembangan penalaran siswa, karena ia dilatih untuk terus menemukan problem solve dalam menghadapi suatu masalah. Selain itu, dengan terus melatih dan mengembangkan penalaran siswa, secara tidak langsung akan mempengaruhi dan membentuk karakter pada diri siswa tersebut. Pengembangan karakter sejak kecil akan menghasilkan karakter yang kuat ketika ia besar nanti.
Berkurangnya peminat bimbelÂ
Ketika tahun 2021 mendatang, dan pemerintah benar menerapkan sistem penilaian baru yaitu diubahnya UN menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter mungkin akan berdampak pada peminat les-les privat atau kelas bimbel. Mengapa ada kemungkinan berdampak pada bisnis les atau bimbel? Karena seperti yang banyak orang tahu, kelas bimbel atau les privat banyak diikuti oleh para siswa yang memiliki alasan 'sebentar lagi UN'.
Selain itu, dikabarkan bahwa sistem penilaian baru bukan dilakukan di jenjang akhir masa sekolah, melainkan pada pertengahan sekolah yaitu kelas 4 SD, kelas 2 SMP, dan Kelas 2 SMA, dan hanya berfokus pada penalaran numerasi, penalaran literasi, serta pendidikan karakter. Poin tersebut bisa mengurangi minat siswa untuk ikut kelas bimbel atau les privat, karena dapat dianggap tidak membantu dalam penyelesaian masalah. Dimana bimbel atau les privat lebih mengajarkan bagaimana cara menyelesaikan sebuah soal dari format atau rumus yang telah ditentukan dan bagaimana cara menghafal berbagai mata pelajaran dengan cepat dan mudah. Namun kebanyakan mereka tidak mengajarkan bagaimana berpikir secara logis dan realistis dalam menyelesaikan sebuah masalah dan tidak hanya berdasarkan rumus saja ataupun menumbuhkan karakter yang kuat pada diri siswa.
Menurunnya motivasi belajar pada diri siswa
Ujian Nasional menumbuhkan semangat siswa secara tidak langsung atau justru memaksa mereka untuk memiliki semangat belajar dengan mengharapkan sebuah kelulusan dan hasil yang memuaskan. Mereka akan berusaha terus-menerus dan sebisa mungkin agar tidak menyesal di kemudian hari karena mendapat nilai yang buruk. Adanya sistem penilaian baru ini, akan membuat stigma para siswa berubah, disebabkan sistem penilaian tersebut berfokus pada diri masing-masing setiap individu. Sehingga rasa tanggung jawab mereka pada pelajaran-pelajaran formal seperti Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, dan Sejarah akan berkurang.
Dari pemaparan diatas mengenai perubahan sistem penilaian pada tingkat sekolah SD, SMP dan SMA diharapkan keputusan pemerintah tersebut bukanlah sesuatu yang diambil secara terburu-buru dan mampu mengarah pada sistem pendidikan Indonesia yang lebih baik lagi. Karena ketika pendidikan Indonesia semakin maju, sumber daya manusia ahli dan profesional akan semakin bertambah banyak dan Indonesia akan semakin dekat dalam mencapai kemajuan.
Oleh: Nur Azmi Karimah | EBI 2019
Staff Biro Jurnalistik
SNF FEB UI 2019-2020