Mohon tunggu...
Siti NurAulia
Siti NurAulia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dalam Diamku

15 Februari 2019   14:50 Diperbarui: 15 Februari 2019   15:22 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sangat sakit rasanya aku masih belum mengerti dengan semua ini aku akan meminta penjelasan Anis, aku harus bersikap bagaimana ke Anis. Apakah aku harus berpura-pura tidak melihat kejadian tadi atau aku mengatakan sejujurnya kepadanya aku sangat bingung? Ingin rasanya aku marah kepadanya tapi aku punya hak apa aku juga bukan siapa-siapanya Kak Dilan.

Tett...tett... Bel masuk sekolah berbunyi saat jam pelajaran di mulai tak sepatah katapun keluar dari mulutku.

"May kamu kenapa? Kamu sakit? Kok mata kamu merah kalau kamu sakit lebih baik kamu ke UKS." ujar Anis.

"Ehh gak kok aku baik-baik aja, mata aku merah tadi kelilipan." jawabku, bohong.

Entah kenapa aku tidak bisa berkata jujur kepada Anis atas apa yang kulihat tadi pagi. Aku memutuskan untuk diam dan menganggap tidak terjadi apa-apa. Cinta sangat misterius kadang dia bisa berakhir bahagia dan bisa juga berakhir sedih.

Semua orang ingin kisah cintanya berakhir bahagia, begitu juga dengan diriku aku ingin kisah cintaku berakhir bahagia, ku ingin orang yang selama ini ku kagumi mengetahui isi hatiku, tapi itu semua tidak akan pernah terjadi. Saat aku terbangun dari tidurku aku berharap semua ini hanyalah mimpi buruk, tapi aku sadar ini bukan hanya sekedar mimpi buruk ini adalah kenyataan yang harus ku terima.

Hari ini adalah hari pertama kalinya aku tak senang untuk pergi ke sekolah, dan mulai saat ini aku pun tak akan memperhatikannya lagi. Sikapku ke Anis pun mulai berubah, aku bersikap dingin kepadanya. Mungkin dia bertanya-tanya apa yang menyebabkan aku sangat dingin kepadanya, mungkin aku sangat egois tapi aku juga tidak bisa menahan perasaanku. Aku sudah tahu semuanya, aku tahu kalau Anis dan Kak Dilan memang benar-benar pacaran.
Saat Kak Dilan memposting sebuah status yang menceritakan suasana hatinya sangat bahagia, karena ada seseorang yang ada dalam hatinya dan di akhir postingan tersebut tertulis sebuah inisial A. Dan aku tahu itu pasti Anis. Sore harinya Anis ingin mengajakku keluar, katanya dia ingin mengatakan sesuatu kepadaku. Aku telah mengira dia pasti ingin memberikan penjelasan tentang status Kak Dilan. Saat aku tiba di caffe, Anis sudah menungguku saat itu Anis masih belum membuka pembicaraan, aku tahu pasti dia bingung mau bicara mulai dari mana. Lalu aku pun mulai membuka pembicaraan.
"Nis jadi apa yang ingin kamu katakana padaku?"
"May sebenarnya aku ingin jujur ke kamu, aku minta maaf May sama kamu. Aku yakin kamu sudah tahu kalau aku dan Kak Dilan pacaran. Aku benar-benar minta maaf May." katanya dengan nada yang sedih.
"Tapi kenapa Nis, kenapa kamu tidak jujur dari awal sama aku kalau kamu juga menyukai Dilan,  kenapa!!" jawabku dengan nada tegas.
"Sebenarnya aku ingin jujur sama kamu dari awal kalau aku suka sama Dilan tapi, saat aku ingin mengatakannya kamu duluan yang mengatakan kalau kamu menyukai Dilan, jadi aku  menyembunyikannya ke kamu May, aku berpura-pura bahagia di depanmu padahal aku sedih May."
"Tapi kan kamu juga harus jujur Nis sama aku, kalau kamu jujur dari awal mungkin tidak terjadi hal yang seperti ini."
"Maafin aku May aku benar-benar menyesal."
Setelah mendengar penjelasan Anis aku langsung pergi meninggalkannya. Aku menangis, aku sangat kecewa dengan Anis.    
Seminggu telah berlalu aku mulai sadar aku terlalu egois aku hanya mementingkan perasaanku aku ingin melupakan semuanya. Aku sama sekali tidak memikirkan perasaan Anis atau Kak Dilan, aku tak ingin sikap ku ke Anis terus berlanjut seperti ini, aku ingin persahabatanku denga Anis sama seperti sebelumnya dimana kami mengerti satu sama lain, aku tak ingin persahabatan yang telah ku bangun sejak lama hancur karna satu orang laki-laki. Mungkin aku harus mengorbankan satu kebahagiaan demi kebahagiaan yang lebih baik. Biarlah kisah cintaku ini menjadi penantian yang sia-sia, walau begitu aku tetap bahagia karena kak Dilan mendapatkan orang yang tepat untuk di jadikan pacarnya, aku mencintainya dengan caraku sendiri yaitu dalam diamku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun