Mohon tunggu...
Sari Novita
Sari Novita Mohon Tunggu... profesional -

"Petiklah Hari dan Jadilah Terang"-\r\n\r\nBlog: www.sarinovitamenulis.wordpress.com dan \r\n www.kapeta.org\r\n\r\n Follow Twitter: @Chalinop & @YayasanKapeta\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rindu: Dua Minggu Mencari Cinta-Tamat-Versi Sari Novita

22 Agustus 2010   08:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:48 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Episode-episode sebelumnya dapat dilihat di sini: Rindu: Dua Minggu Mencari Cinta #1 s/d #20

“Tidak Satria, aku tidak mau menikah dengan Panji. Kamu yang kucinta dan yang ingin ku nikahi, bukan Panji. Titik!”, ucap Rindu tegas.

Satria miris hatinya mendengar ucapan Rindu. “Aku juga hanya cinta kamu, Rindu. Cuma hanya kamu juga yang ingin kunikahi, tapi aku tak mau melihat kekasihku berduka karena kematian aku nanti,” seru Satria dalam hati.

“Aku heran dengan pikiranmu yang begitu mudahnya kau menyerahkan cintamu kepada Panji. Aku bagaikan tongkat estafet yang bergerak dari satu pembawa tongkat kesatu pembawa tongkat berikutnya dan begitu seterusnya. Dan aku akan berhenti di garis finish yang memberikan suatu kemenangan. Kemenangan itu milik kalian para pembawa tongkat, bukan kemenangan miliku. Aku bak tongkat yang ditentukan nasibnya oleh kalian para pembawa tongkat.,” lirih Rindu.

“Aku hidup Satria! Aku wujud hidup bukan wujud mati. Aku berhak menentukan jalan hidupku dan hanya akulah yang kuasa menentukan hidupku. Hidup ini terdiri dari berbagai pilihan dan aku ingin memilih sendiri hidup yang seperti apa yang aku mau,” lanjut Rindu menggebu.

“Aku ingin bersamamu sampai takdir itu tiba, sayangku Satria!” Rindu berbisik di telinga Satria.

Satu butir airmata Satria menetes di pipinya.

“Oke sayang, kau akan bersama menemaniku hingga ajalku tiba, tapi janji, setelah itu kau menikah dengan Panji,” tutur Satria pelan.

“Kita lihat saja nanti,” jawab Rindu rada kesal. “Hemm, bukanya sudah kukatakan aku tidak mau menikah dengan Panji. Aku jadi ragu padamu, Satria”, kata Rindu dalam hati.

* * *

Dua hari kemudian.

“Rindu, aku baru saja mendapat hasil analisa dari dokter yang di Singapore, kata dokter itu aku tidak menderita kanker ataupun tumor. Akupun juga sudah memeriksa ke ahli dokter lainnya di Jakarta, hasilnya sama dengan analisa dokter yang Di Singapore,” ucap Satria bahagia di handphone.

Rindupun lega sekali mendengarnya.

Tapi tunggu dulu. Rindu memang lega mendengarnya tapi mengapa Rindu sudah tak antusias lagi tentang hubunganya dengan Satria. Tiba-tiba saja semua terasa hambar. Ia jadi berpikir tentang perasaan Panji, bagaimana Panji akan mendengar kabar ini, bukankah hatinya akan hancur babak belur? Satria pasti akan mengajak menikahi Rindu kembali. Terus bagaimana nasib Panji? Ach ini tidak adil namanya. Mengapa Panji masih saja menyimpan cintanya dengan baik dan terawat selama bertahun-tahun? Apakah karena ia penasaran karena belum mendapatkan cinta Rindu dengan utuh?

Dan mengapa juga Satria tidak mempertahankan cintanya yang sudah di ambang pintu itu, walaupun ia mendapatkan berita yang tak sedap terhadap penyakitnya. Bagi Rindu, seorang lelaki itu harus kuat dan tetap memperjuangkan cintanya biar ia dalam situasi di titik-nol sekalipun. Lelaki harus menjadi ksatria sejati yang berpikir dan bergerak secara heroic dan bijak. Bagaimanapun ia harus mempertahankan Rumahnya dan tidak goyah menyerahkannya pada siapapun juga walau perang sudah di ufuk. Iapun harus bijak menata kondisi Rumahnya untuk selalu menjadi indah dihuni. Ia harus memeriksa tumbuh-tumbuhan di halaman, apakah ada yang layu atau semakin berkembang-biak? Ia harus mericek apakah cat dinding Rumahnya sudah pudar atau masih berkilau. Apakah perabotan alat rumah tangganya masih layak dipakai atau harus menggantinya dengan yang baru. Dan yang terpenting ia harus siap melawan serangan-serangan dari musuh-musuhnya yang ingin merebut tanah rumahnya. Sungguh Satria yang tidak Ksatria menurut Rindu.

Sedangkan mengenai Panji, katanya ia Cinta pada Rindu, tapi mengapa ia tak mencari Rindu dari dulu saja. Mengapa baru sekarang? Kemana saja ia berjalan selama ini. Apakah ia banyak kecewa dengan cinta-cinta sebelumnya? Sehingga ia berpikir Rindulah cinta yang sesuai dengan dirinya. Huh, sungguh lelet pergerakannya.

Achh semuanya boleh berpikir bebas tentang kisah roman mereka maupun kisah Satria dan Panji. Mungkin itu sudah pilihan yang tepat bagi mereka. Tetapi Rindu berpikir lain dan ia malah jengah dengan kedua lelaki tersebut. Rindu mengganggap mereka lelaki bodoh. Yang satu bodoh karena terlalu menyerah dengan keadaan dan yang satu lagi bodoh karena terlalu lama membiarkan cintanya berdiri di luar sana. Rindu berpikir sekali lagi. Dan sekarang Rindu tidak menginginkan keduanya, tidak itu Satria maupun Panji. Rindu hanya mau menari di surganya. Rindu malah teringat pertemuannya dengan Jalu, kakak Satria. Ada sesuatu yang menarik dan membuat Rindu penasaran terhadap lelaki itu.

* * *

Rindu menghentikan tangannya di atas keyboard. Benar, Rindu masih ingin menari dengan scenario karyanya. Ia sengaja menggunakan namanya sendiri karena suatu nama yang menarik katanya memuji namanya sendiri. Rindu baru saja mendapat kabar dari Stasiun Tv, mereka bilang Rating Film Serial Rindu meningkat dan mereka ingin meneruskan serial ini. Rindu langsung menghadap ke kekasih setianya selama ini yaitu Laptop miliknya. Malam itu Rindu bagaikan kerasukan, ia langsung menyelesaikan episode ke duapuluh yang Rindu kira akan menjadi episode terakhir. Rindu sengaja membuat cerita Rindu menjadi tertarik dengan Jalu dan Rindu juga mengkisahkan bagaimana Satria dan Panji menerima keputusan Rindu. Mereka tampak bodoh karena cinta yang mereka ciptakan sendiri serta otak kanan dan otak kiri mereka yang lari-lari tidak kompak karena Rindu yang meninggalkan mereka. Pukul 04.00 pagi Rindu telah menyelesaikan skenarionya sampai episode ke tigapuluhlima.

“Sayang, ini sudah hampir Subuh loh. Sudah dunk sayang istirahat dulu.”

“Aku sudah selesai koq suamiku.”

“Sekarang tidur yah.”

Rindu melangkah ke arah tempat tidurnya.

“Aku baru mau tidur kalo kau menciumku lebih dahulu.”

Satria langsung tersenyum. Tanpa berpikir panjang ia cium kening dan bibir istrinya, Rindu.

“Kamu nakal yah, pakai namaku di scenario tanpa bilang-bilang aku,” bisik Satria di telinga Rindu.

“Hehehe…” Rindu terkekeh.

“Rindu sayang, nanti jika bayi di perutmu ini lahir laki-laki, kasih nama Panji, yah,”

“Panji?! Koq mirip dengan tokoh di scenarioku?”

“Lah tadi kan aku habis menonton serialmu tadi malam. Hahaha..”

“Huh ngak kreatif.”

“Kamu yang paling tidak kreatif. Kamu pakai namamu, aku dan juga Jalu anak pertama kita sampai Reza anak tetangga sebelah rumah kita.. belum lagi kalo Susan dan George tahu kalo kamu mengunakan nama mereka, pasti mereka minta royality,  Hayoo siapa yang paling tidak kreatif?...Hahaha...Rindu..Rindu...sudah bobo aja yah sekarang,nanti siang biar aku saja yang mengantar Aryo kelinci kesayanganmu itu, oke sayang?!" ucap Satria mengecup bibir Rindu kembali. Muachh!!. Rindu memejamkan matanya damai.

Rindu merasa bersyukur sekali berada dalam kenikmatan surganya. Hampir sempurna!! Suami yang penuh pengertian, anak yang cerdas dan karir yang menanjak tak terduga. Rindupun ingin menciptakan scenario serial TV Rindunya dengan penuh warna warni, dimana perempuan seusia Rindu tidak hanya berkutat pada pencarian jodoh saja. Karena masih banyak tangan-tangan yang mengajak menari gempita di surganya. Surga milik Rindu. Untuk urusan perjodohan serahkan saja pada Penguasa Surga..!!

Tamat

Saya ingin mengucapakan terima kasih pada G yang telah mengajak saya turut serta dalam kisah Rindu:Dua minggu mencari cinta. G, tulisan Rindu ini, saya gabungkan semua versi saya ke dalam The-end Rindu versi saya ini dan sedikit versimu tentang scenario...hahaha.. Habis saya bingung G.

Teriring salam untuk sahabat-sahabat tercinta yang telah mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga untuk menulis bersama:

G, Endah Raharjo, Rahmi Hafizah, Winda Krisnadefa, Deasy, Indah Wd, Ria Tumimomor, Mommy, Ranti Tirta, Mariska Lubis, Bahagia Arbi, Sri Budiarti, Meliana Indie, Lia Agustina, Vira Classic, Kine Risty, Princess E Diary dan Miss Rochma

serta

Michael Gunadi Widjaya yang Istimewa yang telah menggubah theme song untuk cerita Rindu:

Rindu the Music

Rindu #2

Rindu #3

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun