Mohon tunggu...
Sari Novita
Sari Novita Mohon Tunggu... profesional -

"Petiklah Hari dan Jadilah Terang"-\r\n\r\nBlog: www.sarinovitamenulis.wordpress.com dan \r\n www.kapeta.org\r\n\r\n Follow Twitter: @Chalinop & @YayasanKapeta\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rindu: Dua Minggu Mencari Cinta-Tamat-Versi Sari Novita

22 Agustus 2010   08:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:48 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Rindu, aku baru saja mendapat hasil analisa dari dokter yang di Singapore, kata dokter itu aku tidak menderita kanker ataupun tumor. Akupun juga sudah memeriksa ke ahli dokter lainnya di Jakarta, hasilnya sama dengan analisa dokter yang Di Singapore,” ucap Satria bahagia di handphone.

Rindupun lega sekali mendengarnya.

Tapi tunggu dulu. Rindu memang lega mendengarnya tapi mengapa Rindu sudah tak antusias lagi tentang hubunganya dengan Satria. Tiba-tiba saja semua terasa hambar. Ia jadi berpikir tentang perasaan Panji, bagaimana Panji akan mendengar kabar ini, bukankah hatinya akan hancur babak belur? Satria pasti akan mengajak menikahi Rindu kembali. Terus bagaimana nasib Panji? Ach ini tidak adil namanya. Mengapa Panji masih saja menyimpan cintanya dengan baik dan terawat selama bertahun-tahun? Apakah karena ia penasaran karena belum mendapatkan cinta Rindu dengan utuh?

Dan mengapa juga Satria tidak mempertahankan cintanya yang sudah di ambang pintu itu, walaupun ia mendapatkan berita yang tak sedap terhadap penyakitnya. Bagi Rindu, seorang lelaki itu harus kuat dan tetap memperjuangkan cintanya biar ia dalam situasi di titik-nol sekalipun. Lelaki harus menjadi ksatria sejati yang berpikir dan bergerak secara heroic dan bijak. Bagaimanapun ia harus mempertahankan Rumahnya dan tidak goyah menyerahkannya pada siapapun juga walau perang sudah di ufuk. Iapun harus bijak menata kondisi Rumahnya untuk selalu menjadi indah dihuni. Ia harus memeriksa tumbuh-tumbuhan di halaman, apakah ada yang layu atau semakin berkembang-biak? Ia harus mericek apakah cat dinding Rumahnya sudah pudar atau masih berkilau. Apakah perabotan alat rumah tangganya masih layak dipakai atau harus menggantinya dengan yang baru. Dan yang terpenting ia harus siap melawan serangan-serangan dari musuh-musuhnya yang ingin merebut tanah rumahnya. Sungguh Satria yang tidak Ksatria menurut Rindu.

Sedangkan mengenai Panji, katanya ia Cinta pada Rindu, tapi mengapa ia tak mencari Rindu dari dulu saja. Mengapa baru sekarang? Kemana saja ia berjalan selama ini. Apakah ia banyak kecewa dengan cinta-cinta sebelumnya? Sehingga ia berpikir Rindulah cinta yang sesuai dengan dirinya. Huh, sungguh lelet pergerakannya.

Achh semuanya boleh berpikir bebas tentang kisah roman mereka maupun kisah Satria dan Panji. Mungkin itu sudah pilihan yang tepat bagi mereka. Tetapi Rindu berpikir lain dan ia malah jengah dengan kedua lelaki tersebut. Rindu mengganggap mereka lelaki bodoh. Yang satu bodoh karena terlalu menyerah dengan keadaan dan yang satu lagi bodoh karena terlalu lama membiarkan cintanya berdiri di luar sana. Rindu berpikir sekali lagi. Dan sekarang Rindu tidak menginginkan keduanya, tidak itu Satria maupun Panji. Rindu hanya mau menari di surganya. Rindu malah teringat pertemuannya dengan Jalu, kakak Satria. Ada sesuatu yang menarik dan membuat Rindu penasaran terhadap lelaki itu.

* * *

Rindu menghentikan tangannya di atas keyboard. Benar, Rindu masih ingin menari dengan scenario karyanya. Ia sengaja menggunakan namanya sendiri karena suatu nama yang menarik katanya memuji namanya sendiri. Rindu baru saja mendapat kabar dari Stasiun Tv, mereka bilang Rating Film Serial Rindu meningkat dan mereka ingin meneruskan serial ini. Rindu langsung menghadap ke kekasih setianya selama ini yaitu Laptop miliknya. Malam itu Rindu bagaikan kerasukan, ia langsung menyelesaikan episode ke duapuluh yang Rindu kira akan menjadi episode terakhir. Rindu sengaja membuat cerita Rindu menjadi tertarik dengan Jalu dan Rindu juga mengkisahkan bagaimana Satria dan Panji menerima keputusan Rindu. Mereka tampak bodoh karena cinta yang mereka ciptakan sendiri serta otak kanan dan otak kiri mereka yang lari-lari tidak kompak karena Rindu yang meninggalkan mereka. Pukul 04.00 pagi Rindu telah menyelesaikan skenarionya sampai episode ke tigapuluhlima.

“Sayang, ini sudah hampir Subuh loh. Sudah dunk sayang istirahat dulu.”

“Aku sudah selesai koq suamiku.”

“Sekarang tidur yah.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun