Bersamanya, Minuk bak melalang tinggi ke langit. Kini, giliran Minuk yang merasakan terbuai. Ia mampu membius seluruh tubuh. Minuk terlena. Dan Minuk tak bisa hidup tanpanya walau sehari saja. Minuk bagaikan hidup di dunia yang berbunga-bunga. Harum tubuhnya mampu membuat Minuk menggeliat. Bersamanya, hidup kian damai dan bahagia. Ungu tak pernah membuat Minuk jengkel, sedih, gusar, ketakutan, khawatir dan ‘teman-temannya’ itu. Ungu adalah masa terbaik. Ungu merupakan masa indah dikala muda adalah segalanya.
Muda adalah kenikmatan. Tanpa adanya tuntutan sana-sini. Tanpa harus prima ketika naik panggung. Tanpa muncul kelelahan. Tanpa harus terus tersenyum di depan khalayak. Muda adalah apa yang Minuk inginkan dari jauh dalam lubuk hatinya. Muda adalah segalanya. Dan setelah beberapa lama, Minuk mulai lupa pernah jatuh hati dengan kawannya itu.
~*~
Minuk hirup berpuluh-puluh kali. Minuk masih tak merasakan apa pun. Sialan! “Dasar penipu!” Minuk mengutuk. Kesal tapi apa boleh buat, mau tak mau Minuk terima juga. Ya, setidaknya tidak membuat badannya sakit. Tapi ini edan. Seminggu lamanya Minuk tidak berasa sama sekali. Minuk yang salah. Atau Ungu yang salah. Minuk berkeluh kesah kepada Tere. Dia mengganguk mengerti keadaannya. Lalu, dia menatap Minuk serius. “Kamu tahu apa yang kulakukan bila kondisi sudah seperti itu?” Tentu saja Minuk tidak tahu. “Boleh aku minta segelas air putih?” Ya, bolehlah. Hanya segelas air putih, mengapa harus tidak boleh??
~*~
“She can’t perform right now. She is sick,”
“Sick? She ate wrong food or what?” rekan Greg bertanya.
“Just look at her. I can’t say anything about her,”
“Hem, but She has to perform in five minutes,”
“It’s imposibble!”
Greg, sebagai coordinator event organizer pariwisata Internasional, pusing tujuh keliling. Ini pertunjukkan untuk mempromosi wisata Indonesia. Semestinya, Minuk dalam stamina yang prima. Greg hampir putus asa, karena penampilan Minuk berada di puncak acara dan telah ditunggu-tunggu orang banyak.