Mohon tunggu...
Nurman Samehuni Gea
Nurman Samehuni Gea Mohon Tunggu... Jurnalis - Sebagai Mahasiswa di universitas Nias dan penulis blog

Hobi : Menulis, Membaca, Bersepeda, berlari

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Polemik Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB): Antara Harapan dan Kenyataan

5 Juli 2024   17:28 Diperbarui: 5 Juli 2024   17:29 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: Penulis

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) merupakan salah satu momen penting dalam sistem pendidikan di Indonesia. Momen ini menjadi penentu bagi anak-anak untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, PPDB selalu diwarnai dengan polemik dan kontroversi. Sistem zonasi yang menjadi andalan sejak beberapa tahun terakhir masih menuai pro dan kontra. Di satu sisi, sistem ini diharapkan dapat pemerataan akses pendidikan dan mengurangi kesenjangan. Di sisi lain, banyak yang mempertanyakan efektivitasnya dan justru menimbulkan masalah baru.

Isu-isu Krusial dalam Polemik PPDB

1. Ketimpangan Akses Pendidikan dan Kekhawatiran Mutu Sekolah

Salah satu kritik utama terhadap sistem zonasi adalah adanya ketimpangan akses pendidikan antar wilayah. Di daerah padat penduduk dengan sekolah negeri favorit yang terbatas, banyak anak yang tertinggal dan tidak mendapatkan tempat di sekolah yang mereka inginkan. Hal ini dikhawatirkan dapat memperparah kesenjangan pendidikan dan membatasi peluang anak-anak dari keluarga kurang mampu untuk mendapatkan pendidikan berkualitas.

Kekhawatiran lain adalah sistem zonasi dapat menurunkan mutu sekolah di daerah pinggiran. Sekolah-sekolah di daerah yang kurang diminati berisiko kekurangan siswa berkualitas, yang dapat berakibat pada menurunnya kualitas pembelajaran dan tenaga pengajar.

2. Peluang Kecurangan dan Ketidakadilan

Sistem PPDB yang tidak transparan dan akuntabel membuka peluang terjadinya kecurangan dan praktik manipulasi data. Hal ini dapat memicu rasa tidak adil dan kecewa bagi orang tua yang merasa dirugikan. 

3. Beban Psikis Orang Tua dan Anak

Proses PPDB yang penuh dengan tekanan dan persaingan dapat menimbulkan beban psikis bagi orang tua dan anak. Orang tua merasa tertekan untuk menyekolahkan anaknya di sekolah favorit, meskipun belum tentu sesuai dengan kemampuan dan bakat anak. Anak-anak juga mengalami stres dan kecemasan karena takut tidak diterima di sekolah yang mereka inginkan.

Upaya Mencari Solusi Terbaik

Pemerintah telah berupaya untuk menyempurnakan sistem zonasi dengan berbagai kebijakan, seperti jalur prestasi, afirmasi, dan perpindahan orang tua. Namun, upaya tersebut masih belum sepenuhnya menyelesaikan permasalahan yang ada.

Berbagai pihak, termasuk pakar pendidikan, organisasi masyarakat sipil, dan orang tua, terus menyuarakan pendapat dan mencari solusi terbaik untuk PPDB. Perlu dilakukan evaluasi menyeluruh dan dialog terbuka dengan semua pihak untuk merumuskan sistem PPDB yang adil, transparan, dan akuntabel, serta mampu menjawab kebutuhan semua pihak.

Tantangan Ke depan

Mencari solusi PPDB yang ideal bukanlah hal yang mudah. Diperlukan komitmen kuat dari pemerintah, keseriusan dalam implementasi kebijakan, dan partisipasi aktif dari seluruh masyarakat untuk mewujudkan sistem pendidikan yang berkualitas dan berkeadilan bagi semua anak bangsa.

Beberapa poin penting untuk dipertimbangkan:

  • Pentingnya keseimbangan antara pemerataan akses dan kualitas pendidikan.
  • Evaluasi berkala dan penyesuaian sistem zonasi secara berkala.
  • Peningkatan kualitas infrastruktur dan mutu pendidikan di semua sekolah.
  • Pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas PPDB.
  • Melibatkan semua pihak dalam proses pengambilan keputusan terkait PPDB.

Polemik PPDB merupakan cerminan dari kompleksitas sistem pendidikan di Indonesia. Menemukan solusi yang tepat membutuhkan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan merata bagi semua anak bangsa. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun