3. Memperkaya khazanah sastra.
Kritik sosial dapat menambah nilai estetika dan makna karya sastra.
Misalnya, novel "Perempuan Berkalung Sorban" karya Dee Lestari mengkritik poligami dan kekerasan dalam rumah tangga. Novel ini telah memenangkan berbagai penghargaan, termasuk penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa.
Dengan demikian, sastra dapat menjadi sarana yang efektif untuk menyampaikan kritik sosial. Sastrawan memiliki peran penting dalam menyampaikan kritik sosial melalui karya-karyanya.
Berikut ini adalah beberapa contoh karya sastra lain yang mengandung kritik sosial:
- Novel "Salah Asuhan" karya Abdul Muis mengkritik sistem pendidikan kolonial yang mengekang kebebasan anak bangsa.
- Puisi "Aku" karya Chairil Anwar mengkritik sistem sosial yang mengekang kebebasan individu.
- Lagu "Panggung Sandiwara" karya Koes Plus mengkritik sistem politik yang korup.
- Film "G30S/PKI" mengkritik peristiwa G30S/PKI yang dianggap sebagai tragedi nasional.
Karya-karya sastra tersebut telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap berbagai permasalahan sosial yang terjadi di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H