Kata ngoko atau tembung ngoko adalah kosakata bahasa Jawa yang dipakai dalam bahasa ngoko dan sebagai dasar kata-kata dalam bahasa Jawa. Artinya, semua kata dalam bahasa Jawa memiliki padanannya dalam kata ngoko.
Beberapa kata ngoko mempunyai padanan dalam kata krama. Kata ngoko yang tidak memiliki padanan kata krama disebut sebagai kata krama-ngoko dan bisa dipakai dalam bahasa krama.Â
Krama Alus adalah bahasa yang digunakan untuk menghormati seseorang yang diajak bicara, termasuk juga di dalamnya dari tingkah laku, cara duduk, raut muka, pandangan, dan lain sebagainya.
Umumnya tata krama Jawa diajarkan sejak kecil sehingga dapat menjadi sebuah kebiasaan yang tidak akan dilupakan sampai seseorang tua. Tentu saja dalam penggunaannya, tata krama Jawa sangat fleksibel mengikuti keadaan yang ada pada saat seseorang berada di suatu tempat dan kondisi.
Krama lugu adalah bahasa krama yang semua kata-kata, awalan, dan akhirannya berbentuk krama. . Di bawah ini adalah contoh penulisan dalam krama lugu.Â
Mangké sonten, manawi siyos, kula badhé késah dhateng Surabaya. Ngoko Alus adalah bentuk unggah-ungguh yang di dalamnya bukan hanya terdiri atas kosakata ngoko dan netral saja, melainkan juga terdiri atas kosakata krama inggil.
Ngoko lugu adalah bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang semua kosakatanya berbentuk ngoko dan netral (kosakata ngoko dan netral) tanpa terselip kosakata krama maupun krama inggil. Banyaknya pengetahuan tentang bahasa Jawa dan tatakrama yang perlu diterapkan di sekolah, maka diperlukan suatu pembiasaan untuk siswa yang masuk dalam program sekolah, salah satunya adalah Jumat Santun. (DPE)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H