Saya sudah lumayan lama mengikuti X factor Indonesia, saya sangat menyukai penampilan Isa Raja yang sayangnya harus tersingkir karena kurang SMS dan kurang dukungan dari juri untuk menyelamatkan dia, bagaimanapun bagi saya dia yang paling memiliki X factor karena the rest of  pesertanya terbilang biasa saja....
Yang Fenomenal tentunya adalah Fathin dan Mika, yang tetap bagi saya tergolong biasa saja, masih mentah dan dari segi tehnik vokal maupun penguasaan panggung dan pembawaan jauh dari kata Juara dalam bidang entertain, tapi seperti yang dikatakan Ahmad Dhani inilah X factor...
X Factor yang dimiliki oleh keduanya adalah keluguan dan kementahan nya itu, setidaknya ini dalam pandangan audience kita,disini saya cukup salut sama manajemen X Factor yang cukup Jeli mempertahankan dan mempertaruhkan sebuah kualitas acara agar acara tersebut memiliki rating yang meroket, ini dapat dilihat dari berapa lama jeda iklan acara
Isa Raja jadi terhukum karena tidak punya X Faktor yang dimiliki keduanya, walau dia memiliki keunggulan dalam tehnik dan aksi, tetap saja dia kalah, perlu diingat ini acara menggunakan sistem penilaian publik melalui sms dimana kelemahanya adalah, bisa terjadi kecurangan dengan bermodalkan pulsa dan sangat publik simpati oriented...
Mika dan Fathin adalah juara Simpati,
Ini mengingatkan saya terhadap bapak presiden kita SBY yang juga seorang juara simpati yang ulung, bagaimana beliau meroket dan menjadi presiden terpilih sampai dua kali, penjurian nya sama, dinilai langsung oleh publik yang juga mempunyai banyak kelemahan,
Kita bisa lihat sepak terjang bapak SBY dahulu bagaimana memenangkan simpati pemilihnya, bagaimana beliau menyusuri langkah demi langkah dengan cermat dan menelikung tepat di tikunagn terakhir dan memenangkan kejuaraan, dan beliau ulangi itu sampai dua kali periode
Sayangnya saya tidak begitu menyukai juara simpati, walau jurus ini merupakan jurus yang tepat guna namun jurus ini hanya bermodalkan memainkan momen dan mengenyampingkan kualitas, bukan berarti saya mengenyampingkan pak SBY, Mika dan Fathin tidak berkualitas, tapi bisa kita buktikan pada pemilih mereka yang rata2 menilai bukan dari sisi kualitas namun lebih ke pada simpati dan empati....tampaknya jurus ini yang digunakan bapak Dahlan dan Jokowi, namun jurus mereka lebih ampuh dan jurusnya lebih mengembang lagi
Juara Simpati....
Tidak dapat dipungkiri negara kita ini belum menjadi negara yang begitu cerdas dalam memilih, ini bisa saya lihat dari acara2 seperti ini, bagaimana sms mengalir untuk mika dan fathin karena mereka unyu2 danbegitu lugu....
Dalam menilai kompetisi diperlukan sebua kecerdasan dalam memilih, seperti empat juri yang tersedia yang saya lihat luas pengtahuan adalah bebi dan ahmad dhani, yang komentarnya seringkali dianggap nyeleneh namun begitulah sebenarnya adanya...
Dan ini sangat memprihatinkan saya, apalagi mengingat 2014 sebentar lagi, dan pemilu akan digelar, partai pada sibuk berjualan simpati, buktikan apa yang saya tulis ini oleh rekan2 sebentar lagi, semua berusaha merebut simpati, tapi melupakan aksi, melupakan konsisten terhadap tujuan, melupakan visi dan misi, dan pada akhirnya melupakan para pemilihnya kalau sudah begini no wonder bagi mereka yang cerdas pada akhirnya memilih untuk golput, bagaimana tidak, kita masih ingat iklan anti korupsinya partai demokrat yang justru  bintang iklanya bermasalah dengan korupsi, dalam rentang periode 5 tahun bisa kita lihat seberapa banyak yang digeret dari gedung terhormat ke penjara
Disini harus ada perubahan dalam berbudaya politik ataupun memilih, satu sisi saya tidak bisa menyalahkan mereka yang terpilih lantas bermasalah, pada titik awalnya kitalah yang salah dalam memilih...
Mari kita jujur, bahwa negara kita penduduknya belum cerdas dalam memilih....dalam berdemokrasi kunci dasarnya adalah kecerdasan dalam memilih
jadi silahkan rekan2 memilih, apakah berdasarkan simpati dan intuisi atau berdasarkan kualitas dan fakta....
Sampai saat ini saya masih menyayangkan Isa raja pulang, seorang artis yang komplit, itu daoat dilihat dari pemilhan lagu, bagaimana membawakan lagi dan bagaimana beraksi di panggung...tidak sekedar berjualan keluguan dan suara bagus saja....
yang tapi namanya juga penilaian....penilaian yang menurut saya benar belum tentu bagi rekan2 juga benar....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H