Mohon tunggu...
Healthy

5 Penyakit Mata Tersering di Indonesia

28 April 2014   21:31 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:06 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebutaan merupakan masalah penglihatan yang menurunkan kualitas hidup penderitanya dan orang-orang disekelilingnya. Sayangnya, kasus kebutaan jumlahnya masih tinggi di Indonesia.

Menurut data dari organisasi kesehatan dunia (WHO) tahun 2010, diperkirakan setiap satu menit ada satu orang menjadi buta di Indonesia. Ketua Persatuan Dokter Spesialis Mata di Indonesia (PERDAMI) dr Nila F Moeloek, SpM mengatakan, sebagian besar orang buta di Indonesia berada di daerah miskin dengan kondisi ekonomi lemah.

"Karena itu, dibutuhkan peran banyak pihak untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terhadap pentingnya menjaga kesehatan mata."

Dalam kesempatan yang sama, dr Johan Hutauruk, spesialis mata dari Jakarta Eye Center menekankan pada lima penyakit mata terseing yang dialami oleh masyarakat Indonesia. Untuk dapat menghindarinya, maka kenalilah penyakit mata tersebut.

1. Kelainan Refraksi


Kelainan refraksi dibagi menjadi empat yaitu : presbiopia atau menurunnya kemampuan akomodasi lensa, miopia atau rabun jauh, hipermetropia atau rabun dekat, dan astigmatisma atau yang dikenal dengan istialah silindris.

"Biasanya untuk menangani kelainan refraksi, digunakan kaca mata, lensa kontak atau lasik. Penanganan perlu segera dilakukan untuk mencegah penyakit semakin parah, tegas Johan.

Agar tidak terlanjur mengalami kelainan refraksi yang semakin parah, diperlukan pemeriksaan rutin minimal satu tahun sekali untuk kesehatan mata.

2. Konjungtivitis

13986700791357250583
13986700791357250583

Konjungtivitis adalah penyakit mata yang disebabkan karena adanya peradangan pada selaput mata. Gejala yang timbul berupa mata merah, gatal dan berair. Penyebab penyakit mata ini antara lain iritasi karena polusi, alergi dan infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur.

Menurut Johan, diperlukan pemeriksaan ke dokter mata agar tidak salah diagnosis terhadap penyebab dari konjungtivitis. Ini karena resiko dari mengobati sendiri penyakit ini cukup tinggi, seperti meningkatnya tekanan mata yang memicu kebutaan.

3. Pterigium

1398670179182835261
1398670179182835261

Pterigium adalah penyakit mata yang disebabkan karena adanya pertumbuhan jaringan berbentuk segitiga di lapisan membran tipis bening (konjungtiva) dibagian putih mata. Hal ini disebabkan karena radiasi sinar ultraviolet, paparan sinar matahari serta iritasi kronis yang berasal dari asap, debu, angin atau benda-benda asing.

Pterigium ringan dapat diatasi dengan penggunaan obat tetes atas petunjuk dokter. Sementara jika sudah menimbulkan gejala yang berat seperti penglihatan menjadi buram, maka perlu dilakukan operasi pengangkatan.

4. Katarak

13986702301402886727
13986702301402886727

Katarak adalah penyakit mata yang disebabkan oleh lensa mata yang keruh sehingga masuknya cahaya pada retina jadi terhalang. Katarak umunya disebabkan karena proses penuaan. Tetapi, beberapa faktor seperti paparan sinar ultraviolet, penggunaan obat-obatan seperti steroid dan diabetes juga dapat meningkatkan resiko katarak.

Menurut data dari Kementerian Kesehatan, katarak merupakan penyakit mata penyebab kebutaan pertama di Indonesia. Untuk mengatasinya, perlu dilakukan operasi mata guna mengangkat lensa berkabut yang sudah tua dan menggantinya dengan implantasi lensa plastik baru.

5. Glaukoma

13986702591352762996
13986702591352762996

Glaukoma adalah penyakit mata yang disebabkan oleh peningkatan tekanan bola mata. Johan mengatakan, pada awalnya penyakit ini biasanya tidak menimbulkan gejala. Namun penglihatan perlahan menurun dan luas pandang menjadi semakin menyempit.

Glaukoma ringan bisa diatasi denagn penggunaan obat tetes dengan petunjuk dokter. Sedangkan glaukoma berat memerlukan tindakan operasi. Penyakit mata ini merupakan penyebab kebutaan kedua di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun