Mohon tunggu...
Salma Aulia
Salma Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Jurnalistik Universitas Padjadjaran

"Work hard in silence. Success be your noise"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memperjelas Hakikat Peran Influencer

2 Januari 2023   17:02 Diperbarui: 3 Januari 2023   14:25 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Influencer yang memiliki pengikut yang besar di media sosialnya, akan dapat memengaruhi audiens lebih banyak pula, karena pada beberapa kasus umumnya influencer dianggap oleh audiens sebagai orang yang dapat dipercaya oleh orang-orang dalam sebuah isu. Oleh karena itu, akan banyak orang yang akan mengiyakan dan mewajarkan pemikiran dan pendapat yang disampaikan, sekalipun itu merupakan pendapat yang salah.

Influencer memiliki pengetahuan, otoritas, atau wawasan khusus tentang subjek tertentu. Tetapi, influencer pun pasti memiliki latar belakang berbeda-beda, mulai dari pendidikan, lingkungan tempat tinggal dan lain sebagainya. Latar belakang tersebutlah yang terkadang ada orang yang memiliki kemiripan dan setuju dengannya, ada juga yang tak memiliki kemiripan namun dan kontra dengannya.

Pendapat atau pemikiran seseorang terbentuk dari pengalaman serta latar belakang yang dialaminya, begitu halnya dengan seorang influencer. Jenjang pendidikan dan lingkungan tempat ia dibesarkan serta tinggal banyak mempengaruhinya. 

Kasus influencer yang disebutkan di awal tulisan ini pun sama. Influencer tersebut merupakan orang yang berpendidikan dan memiliki pemikiran yang kritis. Ia tinggal di negeri barat untuk menuntut ilmu dan berkarir. Jika melihat kemampuan berpikir kritisnya, ia bisa dikatakan orang yang cerdas. Namun, jika ditelaah lebih dalam lagi dari beberapa pendapat dan pemikiran yang ia bagikan di media sosialnya kecerdasan tersebut tidak digunakan dengan tepat.

Qatar memiliki budaya dan aturan yang telah ada sejak lama mereka terapkan dalam kehidupan sehari-harinya, begitupun Indonesia. Namun ketika negara-negara Barat memaksakan untuk memasukkan budaya-budaya dan pemikiran yang tidak sesuai dengan aturan, norma dan budaya Qatar ataupun Indonesia, maka jelas itu adalah sebuah tindakan yang salah.

LGBT di dalam Islam jelas-jelas dilarang, Qatar yang merupakan negara yang basis masyarakatnya adalah beragama Islam tentu tidak memperbolehkan adanya segala bentuk kampanye LGBT di negaranya, begitupun Indonesia yang sebagian besar penduduknya adalah beragama Islam.

Influencer yang dikatakan di awal tadi mengatakan bahwa Qatar adalah homophobic sebab mengklaim bahwa itu merupakan budaya mereka adalah hal yang salah. Ia mengatakan hal tersebut sebab pendidikan dan lingkungan yang menjadi tempat tinggalnya sekarang melegalkan keberadaan LGBT. Namun, pendapatnya tersebut tidak bisa dibenarkan, karena memang Qatar memiliki hak untuk menolak akan semua bentuk kampanye kelompok LGBT yang dibawa oleh negara Barat. Bangsa Eropa seharusnya menghormati kultur dan prinsip Qatar.

Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 dianggap telah melakukan tindakan diskriminasi, kebencian serta pelanggaran atas HAM yang dipahami secara universal. 

Padahal, Qatar menyatakan bahwa siapapun orangnya diperbolehkan untuk datang ke Qatar untuk menonton perhelatan Piala Dunia 2022 tidak dibatasi oleh golongan, latar belakang, RAS, agama maupun orientasi seksualnya. 

Qatar pun menjamin bahwa semua orang yang datang untuk menonton Piala Dunia akan terjamin keselamatan dan keamanannya, sehingga semua orang tidak akan dihukum atau dipersekusi di Qatar karena orientasi seksualnya. 

Qatar dikecam karena pilihan mereka untuk mempertahankan nilai-nilai yang mereka yakini dengan menolak rumah dan tanah mereka dijadikan sebagai tempat untuk mengampanyekan atau mempropagandakan agenda LGBT yang memang bertentangan dengan nilai-nilai keislaman (hukum dan budaya) yang berlaku dan mereka anut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun