Dengan besarnya dana kelolaan manajer investasi asing, membuat mereka lebih sulit dalam mengambil kesempatan menjadi oportunis ( ibarat kapal pesiar mereka menjadi tidak lincah ). Secara manajemen risiko mereka juga jauh lebih ketat, sering terjadi mereka tidak dapat membeli saham karena terbentur rasio , market cap, keuangan,Good Corporate Governance, dan lainnya yang telah diterapkan oleh perusahaan. Kelebihannya mereka berani merekrut karyawan -- karyawan dengan track record terbaik, sehingga jangan heran bila semua karyawannya memiliki edukasi dan pengalaman kerja yang mentereng.
Sementara manajer investasi lokal umumnya memiliki dan kelolaan yang lebih kecil. Manajemen risiko mereka juga jauh lebih longgar, tapi bukan berarti itu selalu jelek yaa, kembali lagi, apa kebutuhan kamu. Karena dana kelolaan mereka yang belum besar dan tidak terlalu banyak batasan, manajer investasi jadi lebih memiliki kebebasan dalam menentukan saham yang dia inginkan. Positifnya, jika si manajer investasi memang ahli dalam mengelola, maka keuntungan yang diberikan dapat jauh melampaui manajer investasi asing, terutama ketika pasar sedang rally naik
Namun begitu juga sebaliknya, jika pasar sedang turun, kerugian yang diderita bisa lebih besar, karena banyak membeli saham -- saham "berisiko".
Tooh faktanya banyak kan masyarakat yang gemar mengambil risiko? banyak yang berani bermain saham sendiri, dan beli sahamnya lucu -- lucu lagi. Daripada menanggung risiko seperti itu tanpa pemahaman yang memadai dan ujung -- ujungnya rugi terus nyalahin maen saham itu judi ( kayak yang sekarang lagi nyangkut di cryptocurrency =P ), lebiih baik kamu beli aja reksadana di manajer investasi lokal yang berani dalam membeli saham -- saham berisiko. Mereka memiliki sumber informasi yang lebih baik, pengetahuan yang lebih dalam, dan keahlian mengelola dana yang jelas diatas rata -- rata.
3. Rasio yang perlu perlu enggak
Kalau kamu sudah familiar dalam berinvestasi direksadana atau memiliki financial planner pribadi ( kereeen amaaat ^_^  ) maka besar kemungkinan kamu sudah diperkenalkan dengan rasio  -- rasio investasi yang digunakan untuk memilih reksadana sebagai berikut
- Beta dimana artinya fluktuasi dibandingkan indeks acuan, semakin tinggi beta, semakin tinggi fluktuasinya dan dianggap semakin berisiko
- Sharpe Ratio, yaitu keuntungan dikurangi risk free rate kemudian dibagi deviasi. Sederhananya sharpe ratio ini ingin mengetahui investasimu lebih baik dari investasi deposito ga ? kalo lebih baik maka hasilnya positif, kemudian dibandingkan dengan fluktuasinya. Semakin positif sharpe ratio tersebut maka semakin baik reksadana tersebut, bahasa kereennya risk adjusted return
Lalu, kepakai enggak rasio ini dalam prakteknya ?
Kagaaaaak !!!
Karena sharpe ratio ini umumnya dihitung berdasarkan perfoma satu tahun terakhir. Dan satu tahun terakhir itu sangat -- sangat tidak menggambarkan baiknya pengelolaan manajer investasi, membuat rasio ini menjadi Bias bangeet.
Sementara beta itu juga menurut penulis bias pada prakteknya. Beta itu dipersepsikan semakin besar fluktuasi maka makin berisiko. Reksadana isinya saham betul ? betuul !! naah saham -- saham blue chip seperti Bank Mandiri aktif diperdagangkan, aktif ada pergerakan naik turun setiap hari, sementara saham -- saham gorengan itu dalam satu tahun 9 bulannya tidur nyenyak, Â 3 bulannya baru gerak liar karena digoreng bandar.
 Kira -- kira gedeaan mana betanya, yang gerak tiap hari atau yang gerak 3 bulan dalam setahun ?? ketahuan kan jawabannya =P