Wew Class, Sekolah Rap, Sekolah Rakyat. Â Tuan Tigabelas memberikan kesempatan kepada siapapun untuk belajar dan mengenal lebih jauh tentang musik dan visual khususnya hip hop secara spesifik, rap, videography, dan music production.Â
Berawal dari omong kosong tongkrongan dibentuklah sekolah rap. Wew Class adalah program kolektif yang dijalankan di tahun 2018 lalu. Tujuannya memberikan kesempatan kepada siapapun untuk belajar dan mengenal lebih jauh tentang musik dan visual khususnya hip hop secara spesifik, rap, videography, dan music production. Â
Kelas ini dikelola, salah satunya oleh rapper asal Barat Jakarta-Tanah Sumatera, yaitu Tuan Tigabelas. Menurutnya sekolah ini didirikan karena sulitnya mencari tempat untuk belajar rap ketika ia memulai karir sebagai rapper. Begitupun juga ketika ingin membuat video klip dan memproduksi musik yang mungkin hanya bisa dipelajari di tutorial Youtube. Hal ini dirasakan sebagian besar oleh pelaku-pelaku hiphop lokal tanah air.
Sebagai sebuah 'sekolah', Wew Class tak hanya dibentuk dengan seadanya saja, melainkan Tuan Tigabelas bersama teman-teman dari Wew Records membuatnya dengan proper, "Pengajar-pengajar yang kita panggil, bukannya sekedar gua bilang terimakasih, nggak. Gua kasih fee, gua kasih transport juga. Gua usahain kasih equipment yang cukup. Lo buat ngajar butuhnya apa? Gua sewain.Â
Walaupun akhirnya kita utang juga hahaha. Gua pengennya sampe gitu." Cuplikan jawab tuan tigabelas. Tenaga pengajar yang terlibat yakni TuanTigabelas-Yacko untuk kelas rap, Bonie MC-DJ Teezy (Bless the mic) untuk mengajar kelas Music Production, Jovan Arvisco dan Indra DomDom untuk kelas videography.
Tuan Tigabelas bersama Yacko merancang kurikulum bagaimana caranya menyiapkan teman-teman di kelas dalam sebulan. "Kita bikin sekolah singkat selama sebulan. Ada 4 kali pertemuan. Mereka bisa belajar. Ketika mereka keluar, mereka bisa bikin lagu sendiri.", kata Tuan Tigabelas dalam wawancara bersama SLAM Indonesia.Â
Di hari terakhir kelas music production bikin musik yang diisi sama kelas rap, dibikinin video klip sama kelas videografi. Lagunya pun keluar di Spotify dan juga video klipnya. Sehingga ketika mereka lulus dari kelas ini punya karya kongkrit siap dinikmati publik.
Jika dulu Tan Malaka mengelola "SI School" yang ditujukan khusus bagi golongan yang tak dapat tempat untuk bersekolah di Kota Semarang. Wew Class yang dikelola Tuan Tigabelas bersama kawan-kawan Wew Records ini diikuti oleh orang-orang yang tak pernah bersentuhan dengan ranah rap dan recording. "Gua pikir kan bakal rapper-rapper yang ikut. Tapi 80 persen yang ikut kayak orang yang nggak tau nulis lirik tuh gimana." Ujar Tuan tigabelas.
Awalnya Tuan Tigabelas ingin membebaskan biaya Wew Class ini, namun menurut pihak yang menjadi tempat kerjasamanya menolak, "Tempat yang gua ajak kerjasama keberatan, karena mereka berpendapat mindsetnya akan begini kalo ilmunya lo dapet gratis, lo nggak akan ngehargain itu.Â
Akhirnya gua cuman kasih kayak sekedar persyaratan lo bayar 100 ribu tapi lo dapet kaos, dapet snack tiap belajar, dan dapet 4 kali pertemuan. Jadi 100 ribu kayak prosedur aja."
Jumlah yang mengikuti kelas rap ada 15 orang, kelas videografi ada 8, dan kelas music production ada 10. Menurut Tuan Tigabelas, ada beberapa hal yang mendasari dibuatnya Wew Class ini, pertama ialah tatap muka adalah metode yang paling bagus untuk belajar dibanding hanya belajar di kanal Youtube; kedua, giving back to people, yakni di mana untuk bisa sekolah musik cukup mahal, baik rap maupun video.Â
Karena awalnya dulu belajarnya sudah 'berdarah-darah', "Sekarang saat di mana kita dapet ilmu dikit, terus kita punya rejeki.", tutur Tuan Tigabelas. Ketiga, menurut pengalamannya hip hop seperti terapi positif.
Ia menambahkan bahwa di era yang sekarang, anak muda terjebak di ranah gadget dan sosial media banget, mereka punya suatu platform untuk melampiaskan emosi, amarah, dan hal lainnya sebagai sebuah karya atau hal positif.
Peserta yang terlibat di Wew Class pun diberikan tempat untuk menerapkan ilmunya. Â "Begitu mereka keluar, kita langsung ajak kerjasama beberapa EO, kasih slot dong buat kelas gua ini manggung. Akhirnya mereka ngerasain manggung di panggung gede, Lututnya gemeteran. Mukenya pucet.Â
Gua akhirnya ngeliat tuh. Tapi akhirnya ilmu yang dia dapatkan nggak cuman di kelas tapi akhirnya berhadapan langsung dengan penonton." Tuan Tigabelas menganggap bahwa setelah kelas ini para partisipan Wew Class akan jauh lebih siap. Bahkan ada yang sudah sampai membuat lagu sendiri setelah keluar kelas.
Tuan Tiga Belas berharap Wew Class bisa dibawa ke sesuatu yang lebih beda. "Gua pengen bawa ini ke sekolah sih. Mana tau bisa jadi ekskul. Gua pengen hip hop sampe ke ranah sana sih." Ia sendiri tak terlalu memusingkan masalah jumlah peminat yang ikut, satupun yang terlibat tak masalah.Â
Ia juga menambahkan akan nilai hadirnya ruang public di tengah masyarakat. "Di era sekarang, ruang publik sangatlah sedikit. Impactnya pun bisa macam-macam, seperti obesitas. Karena mereka tak ada tempat buat main, dan juga tak punya tempat untuk nongkrong bersama teman-teman kelompoknya.", tutur Pria kelahiran tanggal 13 itu.Â
Ia membayangkan kriminalitas di era informatika ini juga karena energi anak muda yang tersalurkan bukan pada tempatnya, dimana dulu lahan lapang menjadi alternatif tersalurnya energi untuk bermain dan berinteraksi. Banyak berbeda saat ini, mereka yang salah arah menyalurkan energi lebih tersebut untuk merugikan orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H