Mohon tunggu...
SLAM Indonesia
SLAM Indonesia Mohon Tunggu... Penulis - Media Anak Muda

SLAM kepanjangan dari Suara Laras Anak Muda. Membawa suara dan narasi skena-skena anak muda di Indonesia dan cerita sejarah republik. Melalui medium tulisan dan audio (podcast). Dengan harapan melahirkan 'ruang diskusi' untuk anak muda. Kunjungi podcast kami di Spotify (SLAM Indonesia) spotify:show:2umh8SLetO9aUtkGIfKFGL

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekolah Rap, Sekolah Rakyat Ala Tuan Tigabelas

5 Juni 2019   00:16 Diperbarui: 5 Juni 2019   00:25 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena awalnya dulu belajarnya sudah 'berdarah-darah', "Sekarang saat di mana kita dapet ilmu dikit, terus kita punya rejeki.", tutur Tuan Tigabelas. Ketiga, menurut pengalamannya hip hop seperti terapi positif.

Ia menambahkan bahwa di era yang sekarang, anak muda terjebak di ranah gadget dan sosial media banget, mereka punya suatu platform untuk melampiaskan emosi, amarah, dan hal lainnya sebagai sebuah karya atau hal positif.

Peserta yang terlibat di Wew Class pun diberikan tempat untuk menerapkan ilmunya.  "Begitu mereka keluar, kita langsung ajak kerjasama beberapa EO, kasih slot dong buat kelas gua ini manggung. Akhirnya mereka ngerasain manggung di panggung gede, Lututnya gemeteran. Mukenya pucet. 

Gua akhirnya ngeliat tuh. Tapi akhirnya ilmu yang dia dapatkan nggak cuman di kelas tapi akhirnya berhadapan langsung dengan penonton." Tuan Tigabelas menganggap bahwa setelah kelas ini para partisipan Wew Class akan jauh lebih siap. Bahkan ada yang sudah sampai membuat lagu sendiri setelah keluar kelas.

Tuan Tiga Belas berharap Wew Class bisa dibawa ke sesuatu yang lebih beda. "Gua pengen bawa ini ke sekolah sih. Mana tau bisa jadi ekskul. Gua pengen hip hop sampe ke ranah sana sih." Ia sendiri tak terlalu memusingkan masalah jumlah peminat yang ikut, satupun yang terlibat tak masalah. 

Ia juga menambahkan akan nilai hadirnya ruang public di tengah masyarakat. "Di era sekarang, ruang publik sangatlah sedikit. Impactnya pun bisa macam-macam, seperti obesitas. Karena mereka tak ada tempat buat main, dan juga tak punya tempat untuk nongkrong bersama teman-teman kelompoknya.", tutur Pria kelahiran tanggal 13 itu. 

Ia membayangkan kriminalitas di era informatika ini juga karena energi anak muda yang tersalurkan bukan pada tempatnya, dimana dulu lahan lapang menjadi alternatif tersalurnya energi untuk bermain dan berinteraksi. Banyak berbeda saat ini, mereka yang salah arah menyalurkan energi lebih tersebut untuk merugikan orang lain.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun