Kau beri harapan untuk kau remukkan, berulangkali.
Sepenggal lirik dari band asal Jogja The Rain terngiang di telingaku kembali. Entah kenapa lagu ini sering muncul di benakku, apalagi saat aku tiba-tiba mengingat Wanti. Perlahan-lahan aku sandarkan badanku di dinding kamarku, berharap kamu ada di sini? Itu sama saja berharap pada angin lalu.
Aku lempar Ipod ku ke samping ranjangku, sekarang aku bingung. Haruskah aku kirim pesan lewat Whatsapp lagi untuk membuat janji bertemu denganmu? Aku hela napas, dan jemariku mengetik pelan di layar Samsung ini.
“Nanti malam aku ke kos ya”.
Tak sampai 10 menit, balasan muncul di layar handphoneku.
Aku sodorkan jaket warna merah yang sudah kusiapkan dari rumah saat kamu menghampiriku di jalan depan kos. Agak jauh memang aku menunggu dari kos mu, karena kamu tidak enak dengan teman-temanmu jika pergi denganku, kamu takut ada yang melaporkan ke pacarmu. Pelan motorku menyusuri jalanan Jogja, kamu di belakang memelukku sambil bercerita tentang kegiatanmu di tempat kerjamu tadi. Sesekali aku menjawab dan bertanya, dan kau tertawa saat aku bicarakan candaan gombal, tentunya sambil menepuk-nepuk punggungku.