"Membacakan cerita atau doa kepada anak adalah cara sederhana yang berdampak besar," tambahnya.Â
Literasi tidak hanya mencakup membaca dan menulis, tetapi juga mencakup pembentukan karakter, kedisiplinan, dan tata nilai. Ia mengutip teori John Locke yang menyatakan bahwa anak adalah seperti kertas putih yang dapat dibentuk sejak dalam kandungan hingga masa kanak-kanak.
"Orang tua dan guru memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan literasi yang positif. Contohnya, membacakan cerita atau doa kepada anak dapat menanamkan nilai-nilai literasi sejak dini," Â jelas Bunda Diana, S.Pd.
Peran Guru dan Orang Tua dalam Literasi Anak Usia Dini
Di TK tempat Bunda Masdiana mengajar, berbagai upaya dilakukan untuk mendorong minat baca dan literasi siswa. Salah satunya adalah menyediakan pojok baca di kelas yang disesuaikan dengan kebutuhan anak. Guru bertugas memfasilitasi suasana belajar yang menyenangkan, sementara orang tua diharapkan menjadi role model yang mendukung pembentukan kebiasaan literasi di rumah.
Bunda Diana juga menekankan pentingnya aturan main yang disepakati bersama, seperti jadwal harian untuk anak. Hal ini membantu anak memahami konsep tanggung jawab dan kedisiplinan, yang merupakan bagian dari literasi praktis.
Program Literasi Guru dan Buku Antologi
Sebagai warga IGI atau Ikatan Guru Indonesia, Bunda Masdiana aktif memimpin berbagai program literasi guru. Ia pun diamanati memipin Wilayah IGI Kalimantan Timur. Â Salah satu program unggulan adalah penulisan buku antologi, hasil kolaborasi para guru untuk berbagi pengalaman dan pemikiran. Buku-buku ini tidak hanya menjadi sarana pengembangan diri bagi para guru, tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi masyarakat luas.
Selama Pandemi Covid-19, IGI juga mengadakan pelatihan daring untuk meningkatkan kompetensi guru, termasuk dalam membuat video edukasi PAUD. Program ini membantu guru tetap produktif dan kreatif di tengah keterbatasan.