Mohon tunggu...
Slamet Samsoerizal
Slamet Samsoerizal Mohon Tunggu... Penulis - Fiksi dan Nonfiksi

Penggagas SEGI (SElalu berbaGI) melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bungkuknya Si Udang (Bagian 1)

10 Agustus 2022   09:58 Diperbarui: 10 Agustus 2022   10:06 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

OMBAK yang bergulung dan berdebur di pulau itu mengagetkan kenikmatan tidur sang Rajawali. Tubuhnya yang gagah menggeliat. Otot-ototnya tampak menegang. Sambil menguap ia pandangi sekeliling.

Oh,  segarnya pagi ini ini. ia memandangi penuh bangga tubuhnya.  Matahari pagi yang menyinarimya, mengekalkan sosok Rajawali semakin perkasa.

"Aah betapa gagah dan perkasa nya aku" sombongnya.. Rasa-rasanya tak ada bandingannya keperkasaan ku ini!"

Si Camar yang sedari tadi berputar-putar di atasnya mencibir.  Dengan gerakan pusaran air si Camar merapat ke Rajawali.

"Hei jangan congkak dulu sahabat! Siapa bilang kau yang paling perkasa? ujar si Camar meledek.

"Awas kau, Mar! Hati-hati kalau sesumbar. Apa kau lupa suatu hari, aku pulang mencengkram seekor rusa? Jaga mulutmu baik-baik si burung kerdil" bentak Rajawali.

"Jangan sewot dulu! Sabar ... di tengah laut sana masih ada yang menandingimu. Bahkan jika ditilik dari segi fisik,  tubuhmu kueeciiil" ujar si Camar bernada merundung Rajawali.  

Rajawali bagai dibakar api unggun. Iya kepak-kepakkan sayapnya, mengejar si Camar. Pemandangan pantai pagi itu memesona. Liak-liuk kedua mahluk tersebut beradu.

"Oke. Mari kita buktikan dan tunjukan sekaligus dimana makhluk itu berada!"  

"You penasaran? Oke sobat Silakan terbang ke barat!  Nanti kita buktikan sama sama. Deal? Setuju?" sahut si Camar acuh tak acuh.

Sang Rajawali tak sabar.  Tanpa komando ia terbang ke arah yang ditunjuk Camar. Dalam penerbangannya itu,  matanya tak berkedip sekejap pun.

Ia mengawasi makhluk yang disebutkan. Namun,  yang dicari-carinya belum menampakan batang kepalanya.  

"Dimana gerangan tempat persembunyiannya?" gumamnya.

Angin laut yang berhembus membelai sayapnya. Hingga seharian makhluk yang belum disebutkan identitasnya oleh si Camar, belum juga ditemukan.

(Bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun