OMBAK yang bergulung dan berdebur di pulau itu mengagetkan kenikmatan tidur sang Rajawali. Tubuhnya yang gagah menggeliat. Otot-ototnya tampak menegang. Sambil menguap ia pandangi sekeliling.
Oh, Â segarnya pagi ini ini. ia memandangi penuh bangga tubuhnya. Â Matahari pagi yang menyinarimya, mengekalkan sosok Rajawali semakin perkasa.
"Aah betapa gagah dan perkasa nya aku" sombongnya.. Rasa-rasanya tak ada bandingannya keperkasaan ku ini!"
Si Camar yang sedari tadi berputar-putar di atasnya mencibir. Â Dengan gerakan pusaran air si Camar merapat ke Rajawali.
"Hei jangan congkak dulu sahabat! Siapa bilang kau yang paling perkasa? ujar si Camar meledek.
"Awas kau, Mar! Hati-hati kalau sesumbar. Apa kau lupa suatu hari, aku pulang mencengkram seekor rusa? Jaga mulutmu baik-baik si burung kerdil" bentak Rajawali.
"Jangan sewot dulu! Sabar ... di tengah laut sana masih ada yang menandingimu. Bahkan jika ditilik dari segi fisik, Â tubuhmu kueeciiil" ujar si Camar bernada merundung Rajawali. Â
Rajawali bagai dibakar api unggun. Iya kepak-kepakkan sayapnya, mengejar si Camar. Pemandangan pantai pagi itu memesona. Liak-liuk kedua mahluk tersebut beradu.
"Oke. Mari kita buktikan dan tunjukan sekaligus dimana makhluk itu berada!" Â
"You penasaran? Oke sobat Silakan terbang ke barat! Â Nanti kita buktikan sama sama. Deal? Setuju?" sahut si Camar acuh tak acuh.
Sang Rajawali tak sabar. Â Tanpa komando ia terbang ke arah yang ditunjuk Camar. Dalam penerbangannya itu, Â matanya tak berkedip sekejap pun.
Ia mengawasi makhluk yang disebutkan. Namun, Â yang dicari-carinya belum menampakan batang kepalanya. Â
"Dimana gerangan tempat persembunyiannya?" gumamnya.
Angin laut yang berhembus membelai sayapnya. Hingga seharian makhluk yang belum disebutkan identitasnya oleh si Camar, belum juga ditemukan.
(Bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H