Mohon tunggu...
Slamet Samsoerizal
Slamet Samsoerizal Mohon Tunggu... Penulis - Fiksi dan Nonfiksi

Penggagas SEGI (SElalu berbaGI) melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penembakan dan Penembokan

9 Agustus 2022   11:19 Diperbarui: 9 Agustus 2022   11:28 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama, latar belakang yang terungkap membuat orang bisa menerima atas sebuah peristiwa. Kedua, motif tindak pelaku pasca terungkap, mempercepat penyelidikan dan penyidikan.  Berita pun berangsur pudar dan akhirnya sirna.

Publik pun akhirnya menerima. Penerimaan itu pun berdampak. Alih-alih dalam kasus penembokan, kita dapat mengambil salah satu  hikmah yakni bertetangga itu berseni dan beresiko.

Ada seninya, karena di permukiman yang padat warga dengan tata mukim yang acak adul meletakkan ego adalah modal utama. Bayangkan, lagi sakit gigi tetangga sebelah yang penghuninya memiliki anak bandel, teriak-teriak.

Ada resiko, ya karena ruang privasi kita tak mutlak nyaman. Maka, berukun-rukun sama tetangga hal yang mesti ditempuh. Dalam kasus penembokan di Pulogadung, kita menangkap si empunya lahan menembok ya dikarenakan keluarganya merasa diperlakukan dengan perundungan.   

Tetangga adalah orang yang paling dekat rumahnya dengan kita. Kita sering kali saling membantu untuk urusan yang tidak bisa diselesaikan sendiri. Tetangga, adalah saudara. Begitu agama Islam mengajarkan.

Dalam Islam, tetangga memiliki hak-hak tertentu sebagaimana disebutkan dalam beberapa hadits Rasulullah SAW, seperti hak untuk mendapatkan rasa aman dari gangguan.

Dalam ajaran Islam, hak tetangga atas tetangganya begitu besar. Islam membuat tuntunan bertetangga. Karena keberagaman serta perbedaan latar belakang, suku, budaya, dan karakter, serta ekonomi dalam bertetangga  berpotensi menimbulkan benturan.

Imam Al-Ghazali dalam al-Adab fid Dn  Majm'ah Rasil al-Imam al-Ghazli mengingatkan sebagai berikut.

"Adab bertetangga, yakni mendahului berucap salam, tidak lama-lama berbicara, tidak banyak bertanya, menjenguk yang sakit, berbela sungkawa kepada yang tertimpa musibah, ikut bergembira atas kegembiraannya, berbicara dengan lembut kepada anak tetangga dan pembantunya, memaafkan kesalahan ucap, menegur secara halus ketika berbuat kesalahan, menundukkan mata dari memandang istrinya, memberikan pertolongan ketika diperlukan, tidak terus-menerus memandang pembantu perempuannya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun