Apalagi saat ini merupakan jaman keterbukaan informasi. Jadi setiap bentuk penyimpangan di dalam bentuk apapun perihal pemunggutan suara dapat didektsi secara awal. Karena keterbukaan informasi tersebut.
Kenyataannya hal tersebut tidak ada. Selama ini yang berkembang hanyalah asumsi saja yang di bangun. Yang menciptakan narasi bahwa telah terjadi kecurangan hasil pemilu.
Hal ini sudah terbaca jauh sebelum penetapan hasil pemilu. Bahkan sebelum pemilu di laksanakan. Bahwa ada pihak -- pihak yang berusaha membangun narasi telah terjadi "kecurangan hasil pemilu."
Berdasarkan analisa. Gagasan atau ide tentang "kecurangan terhadap hasil pemilu" adalah sikap dari ketum PPDIP, Yang diikuti oleh rival pendukung 01.
Yang menjadi kajiannya. Bagaimana mungkin suara terbanyak PDIP di parlemen banyak, suara pendukung capres dan cawapresnya sedikit.
Perlu diingat. Tidak semua anggota PDIP memberikan suara dukungan kepada kandidat capres dan cawapres yang diusung. Atau sebaliknya.
Itu merupakan hal yang mendasar perlu untuk dipahami.
Berikutnya "keinginan rakyat." Rakyat masih menginginkan Presiden Jokowi untuk menjabat tiga periode.
PDIP dan Nasdem  seharusnya dapat memahami dan membaca hal tersebut, kalau ingin suaranya dipilih oleh banyak orang. Selama berkampanye tidak membangun narasi yang buruk tentang kinerja pemerintah.
Maka tidaklah salah, apabila didalam pemilu kali ini pasangan bapak Prabowo -- Gibran memenangkan suara didalam pemilu. Karena beliau mau menjadi perpanjangan tangan dari Presiden Jokowi.
Dengan kata lain rakyat menginginkan Presiden Jokowi menjabat kembali. Moment inilah yang bapak Prabowo tangkap.