Mohon tunggu...
Slamet Arsa Wijaya
Slamet Arsa Wijaya Mohon Tunggu... Guru - Tak neko-neko dan semangat. Sangat menyukai puisi dan karya sastra lainnya. Kegiatan lain membaca dan menulis, nonton wayang kulit, main gamelan dan menyukai tembang-tembang tradisi, khususnya tembang Jawa.

Sedang berlatih mengaplikasikan kebenaran yang benar, ingin lepas juga dari ketergantungan kamuflase dan kecantikan berlipstik yang mendominasi di lingkungan kita. Sisi lainnya, ingin jadi diri sendiri dan wajib mencintai tanah air sepenuh hati dan jiwa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bukan Empati Lagi Numpang Promosi

14 Oktober 2020   01:57 Diperbarui: 14 Oktober 2020   02:05 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bunga kamboja/matakita.id

Sudahlah pengasuh, gendong saja negeri ini

Diemong agar tak menangis lega semua hati

Dia yang duduk di kursi tidak naik sendiri

Tapi dijunjung kekautan besar tuk berbakti  

Sabar dan sepakati sesuai putaran waktu

Nyaman, jika di rumah gaduh anak-anakmu?

Bisa konsentrasi mikir kalau ada ulah mulu?

Tidak kan, dukung yang tugas jangan ganggu

Guyur lagi jiwa dengan air bening qur'ani

Biar rasa kembali hening lepas semua emosi

Berseri lagi hati kasih bersemi jernih nurani

Niscaya besar peduli cegah jiwa-jiwa anarki

Jangan malah ikut hanyut sungai menjadi keruh

Tanpa diguncang-guncang daun-daun beruntuh

Apa misimu ikut menggunduli dan pohon rapuh

Tidak, daun-daun itu jatuh pohon kembali tumbuh

Majikan juga sama seperti buruh punya mau

Dukunglah pengatur jangan malah ikut gerutu

Ini lagi upaya dua kutub didamai kau adu-adu

Dia di atas angin bung, pecat satu muncul seribu

Apa suka muda mudi gelimpangan layu nganggur

Kau enak modal suara juga tak dosa kumur-kumur

Para nayaka berjibaku usaha anak bangsa makmur

Ini masa sulit, syukur empati malah diharap hancur

Buruh, sadarlah masuk barak dulu ademkan hati

Jernihlah menelaah kau dimanfaatkan, kau rugi

Bisa-bisa kau dipaksa cuti abadi, dia pasti lari

Tak terkecoh akan empati, mereka itu mumpang promosi

 *****

Bekasi, 14/10/20.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun