Awalnya ku sesali kau jadi tebing tempat air mengucur
Sebagai wahana kesenangan deras cinta yang meluncur
Kau hanyut dan jadi kepuasan hasrat yang terus tersalur
Kau luluh dia melenggang acuh tak peduli rasamu hancur
Keluar dari sudut sempit jangan sekap jiwa berhari-hari
Tak perlu kau penjarakan nurani meratapi kesalahan diri
Toh tiada yang peduli, tetap kalut makin digulung sunyi
Terbukti mentari ceriakan pagi, kau dibiarkan sembunyi
Banyak yang terseok langkah dan terkurung kegelapan
Mereka mau sadari bukan meratapi jadi insan menjijikan
Dalam sarat dosa dan legam noda tetap berusaha cari jalan
Tobat tak ulangi kekeliruan masih luas samudera ampunan  Â
Apalagi kau hanya teriritasi cinta dari rindu nan menggebu
Terjadikan eksploitasi cinta tak sia-siakan belia wajah ayu
Kau tlah dibuat linglung siapa gerangan sandaran sejatimu
Faktanya ia tak pernah tampilkan ketulusan, hanya semu
Â
Bangkit, intip lewat jendela di sana dunia makin merona
Masih berjuta harapan berseliweran di lintasan cakrawala
Hentakkan selimut lusuhmu dan mandilah dengan cahaya
Kembali tampil bawalah cinta, nikmati kesejatian pesona
***
Bekasi, 07/07/18.
##Slamet Arsa Wijaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H