Mohon tunggu...
Slamet Bowo Sbs
Slamet Bowo Sbs Mohon Tunggu... Jurnalis - Sarana Berbagi

Bukan siapa-siapa namun bertekad memberikan yang terbaik untuk sesama, pernah 7 tahun menjadi "pekerja" media . Saya bisa dihubungi di wa/call 085245208831, email : slametbowo83@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Politik Hapus Kesantunan Kita

31 Januari 2019   11:33 Diperbarui: 31 Januari 2019   11:33 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rance, mahasiswi UMPKS meminta ketegasan pemerintah ketika melakukan pengawasan aparatnya. Kerjasama lintas instansi terkait diperlukan agar tak ada celah melakukan kesalahan. Karena jika tanpa solusi, akan semakin banyak yang melakukan kesalahan sejenis yang berimbas akan semakin sulit melakukan tindakan.

"Dari beberapa kali diskusi sejenis, mereka tidak memberikan gambaran solusi apalagi melakukan tindakan nyata. Semua hanya berhenti pada permainan kata-kata. Bagaimana kami yang masih mahasiswa bisa belajar menjadi aparat yang baik, jika hari ini yang diberi amanah justru melanggar sendiri aturan yang ada," katanya.

Sementara perwakilan Kesbangpolinmas Kabupaten Sintang, Leni, membenarkan runtuhnya nilai-nilai kesantunan masyarakat hari ini. Di dunia maya seperti facebook, twitter, intagram dan lainnya, orang dengan sangat mudah membully orang lain baik itu pejabat negara, tokoh agama dan tokoh panutan lain yang seharusnya tidak dilakukan.

Kondisi ini, perlu diperbaiki segera karena menyangkut tatanan kehidupan masyarakat yang berkelanjutan. Momen suksesi kepemimpinan baik daerah maupun nasional tidak boleh mencabik-cabik kebersamaan sesama anak bangsa. Suksesi kepemimpinan justru seharusnya menjadi titik terang arah kemajuan bangsa. Ia tak boleh mencerai-beraikan anggota keluarga, ia tak boleh membubarkan persatuan umat.

Komisioner Bawaslu Sintang, Romadon, menganggap mahasiswa adalah kaum intelektual yang seharusnya bisa menjadi pioner gerakan politik santun di masyarakat. Mahasiswa tidak seharunya ikut-ikutan menjadi penyebab semakin tergerusnya nilai-nilai kesantunan tersebut. Ini karena mahasiswa adalah intelektual terdidik.

"Laporkan jika ada ASN tidak netral misalnya, karena dari mahasiswa lah masyarakat berharap banyak. Dari 10 orang mahasiswa saja, bisa memberikan banyak hal kepada masyarakat. Jika mahasiswanya diam, maka tatanan masyarakat yang akan terganggu," ujarnya.

Dari diskusi hangat di atas, akhirnya kita harus menyadari sepenuhnya bahwa apapun yang hari ini kita lakonkan. Sedang ada anak-anak kita yang menonton apa yang terjadi. Mereka adalah generasi yang 20 hingga 30 tahun akan datang memegang tonggak kendali kepemimpinan. Jika dulu kita diajarkan kesantunan secara ketat oleh bapak ibu kita dan hasilnya seperti sekarang, maka terbayang pula 30 tahun yang akan terjadi jika kita mengajarkan dengan cara yang keliru.

Mari menjadi teladan kesantunan bagi diri kita sendiri dan keluarga, mari benahi pemahaman sejak dini agar kelak kita melihat anak-anak kita menjadi pemimpin yang terbaik di masanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun