Mohon tunggu...
SLAMET SAPERI
SLAMET SAPERI Mohon Tunggu... Wiraswasta - Karyawan Swasta dan Blogger

Ingin Belajar Menulis dengan Baik dan Benar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perjuangan Anak Desa Menjadi Mahasiswa

26 Maret 2018   01:31 Diperbarui: 26 Maret 2018   10:18 1007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah kurang lebih satu bulan aku berkerja menjadi kuli bangunan, siang itu trik matahari serasa sangat menyengat kulit, HP bututku berbunyi

"tut... tut... tut..." karena tidak terdaftar aku biarkan HPku tetap berbunyi sampai beberapa kali. Matahari mulai berada persis diatas kepala hal tersebut biasanya menunjukan waktu istirahat, akupun mulai bergegas untuk beristirahat. 

Untuk yang kesekian kalinya HP berbunyi, akupun penasaran akhirnya aku memutuskan untuk menerima panggilan tersebut, akupun terkagetkan oleh orang menelponku yang ternyata adalah guru BK di SMA. Beliau mengabarkan bahwa aku diterima di salah satu Universitas Negeri di kota Malang, mendengar kabar tersebut aku sangat senang dan sesegera mungkin aku pulang lalu datang ke sekolah untuk memastikan kebenaran kabar tersebut.

Pagi itu, aku datang dengan suasana wajah riang dan sangat bahagia karena sekali daftar langsung diterima. Setelah sampai di sekolah ternyata banyak sekali teman-teman yang sedang konsultasi mengenai universitas yang akan mereka pilih pada jalur selanjutnya, ada juga yang bingung karena diterima di universitas negeri, tapi jurusan/prodi tidak sesuai dengan apa yang diinginkan.

Setelah memastikan kalau aku memang benar-benar diterima di universitas negeri di kota Malang segera mungkin aku bergegas palang kerumah dengan hati senang dan penuh harapan, setelah sampai dirumah aku langsung bicara kepada bapak.

"Pak aku keterima kuliah di Universitas Negeri di kota Malang ?" dengan nada takut, sambil membuat anyaman bambu bapak menjawab.

"Bayar opo gak iku le ?" dengan nada santai sambil melanjutkan pekerjaanya, akaupun menjawab.

"Enggeh pak bayar" seketika itu bapakku berkata.

"ya sudah tidak usah kuliah kalau begitu" akupun terdiam sambil meneteskan air mata.

Mendengar hal tersebut, aku hanya bisa diam dan pasrah dengan keadaan. Kurang lebih dua hari aku terdiam dirumah dan sedikit makan, ibuku mulai berusaha mendekatiku lalu bertanya.

"Km bener pengen kuliah ?" dengan ekspresi wajah yang murung aku menjawab

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun