Penyebab Sulitnya Siswa Mengadopsi Kurikulum Merdeka di Kabupaten Fakfak
Pendahuluan:
Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum baru di Indonesia yang lebih memberikan kebebasan bagi pendidik untuk menciptakan pembelajaran berkualitas yang disesuaikan dengan kebutuhan dan lingkungan belajar peserta didik.Â
Berikut beberapa poin penting tentang Kurikulum Merdeka :
- Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam dimana isinya akan lebih optimal sehingga siswa memiliki waktu yang cukup untuk belajar.
- Platform Kurikulum Merdeka menyediakan pelatihan belajar mandiri dan berbagai alat bantu pengajaran, seperti tujuan pembelajaran, modul pengajaran, dan lainnya, bagi para pendidik untuk mengembangkan kurikulumnya dan melaksanakan pembelajaran dan penilaian.
- Fokus Kurikulum Merdeka adalah pada materi esensial, memungkinkan pembelajaran lebih mendalam, dan lebih banyak waktu untuk pengembangan kompetensi dan karakter.
Terdapat langkah-langkah untuk memahami Kurikulum Merdeka, antara lain memahami garis besar, prinsip pembelajaran dan penilaian, serta perencanaan pembelajaran dan penilaian
Singkatnya, Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum baru di Indonesia yang lebih memberikan kebebasan bagi pendidik untuk menciptakan pembelajaran berkualitas yang disesuaikan dengan kebutuhan dan lingkungan belajar peserta didik. Ini menekankan pada materi penting dan memungkinkan lebih banyak waktu untuk pengembangan kompetensi dan karakter. Ada sumber daya yang tersedia bagi pendidik untuk mempelajari lebih lanjut dan menerapkan Kurikulum Merdeka.
Kurikulum Merdeka adalah inisiatif pendidikan yang diperkenalkan oleh pemerintah Indonesia dengan tujuan mengembangkan pendidikan yang lebih relevan dan berorientasi pada kebutuhan siswa.Â
Namun, di Kabupaten Fakfak, implementasi Kurikulum Merdeka menghadapi sejumlah tantangan. Artikel ini akan mengidentifikasi beberapa penyebab sulitnya sebagian siswa mengadopsi Kurikulum Merdeka di Kabupaten Fakfak.
1. Keterbatasan Sumber Daya:
Salah satu penyebab utama sulitnya siswa mengadopsi Kurikulum Merdeka di Kabupaten Fakfak adalah keterbatasan sumber daya. Kabupaten ini mungkin menghadapi keterbatasan infrastruktur, peralatan, dan fasilitas pendidikan yang diperlukan untuk mendukung implementasi kurikulum yang lebih berorientasi pada pengembangan keterampilan dan pemecahan masalah.
mungkin untuk didaerah yang berada didalam kota yang sudah melaksanakan Kurikulum Merdeka ini bukanlah masalah, sebab guru yang bertugas pun mau tidak mua dipaksa harus dapat menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan kurikulum baru ini namun bagaimana dengan Sekolah-sekolah yang berada jauh di Daerah Terpencil yang membutuhkan persiapan yang lebih banyak  dikarenakan tuntutan dari pekerjaan. Pada akhirnya untuk beradaptasi dengan materipun tidak mudah.
2. Kurangnya Pelatihan Guru:
Pelaksanaan Kurikulum Merdeka memerlukan persiapan dan pelatihan yang memadai bagi para guru. Namun, di Kabupaten Fakfak, kurangnya pelatihan guru yang cukup terkait dengan Kurikulum Merdeka menjadi hambatan. Para guru mungkin belum sepenuhnya memahami pendekatan baru yang diperlukan dalam kurikulum ini, sehingga sulit bagi mereka untuk mengadopsinya secara efektif. lalu kurangnya sosialisasi dan salah satu komponen penting adalah ketersediaan sarana pembelajaran yang masih sangat terbatas menjadi penyebab kurangnya kreatifitas guru  dalam mengembangkan materi.
3. Keterbatasan Materi Pembelajaran:
Kurikulum Merdeka menekankan pada pengembangan keterampilan siswa melalui pembelajaran yang lebih praktis dan kontekstual. Namun, di Kabupaten Fakfak, keterbatasan materi pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan ini dapat menjadi penghalang. Ketersediaan bahan ajar yang relevan dan dukungan dari penerbit dan lembaga terkait mungkin masih terbatas di daerah tersebut. Lalu kebanyakan materi belum dapat diadaptasikan secara maksimal dengan kearifan lokal yang ada sehingga guru cenderung lebih suka memakai kurikulum lama seperti KTSP dan K13
4. Kurangnya Kesadaran dan Pemahaman:
Kurangnya kesadaran dan pemahaman akan tujuan dan manfaat Kurikulum Merdeka juga dapat menjadi penyebab sulitnya siswa mengadopsinya. Baik siswa maupun orang tua mungkin tidak sepenuhnya memahami perubahan dalam pendekatan pembelajaran yang diusung oleh kurikulum ini, sehingga mereka cenderung mempertahankan pola pikir dan ekspektasi yang lebih tradisional.
5. Konteks Sosial dan Budaya:
Faktor sosial dan budaya juga dapat mempengaruhi adopsi Kurikulum Merdeka di Kabupaten Fakfak. Nilai-nilai dan kebiasaan masyarakat setempat, yang mungkin berbeda dengan prinsip dan pendekatan yang dianut oleh kurikulum ini, dapat menyulitkan pengenalan dan penerimaannya oleh siswa dan orang tua.
Pada konteksnya, pendidikan adalah landasan utama dalam pembangunan suatu negara. Namun, di tempat-tempat terpencil, pendidikan seringkali menghadapi tantangan dalam hal aksesibilitas dan keterbatasan sumber daya. Dengan berbagai solusi dibawah ini bisa jadi dapat membawa perubahan penting juga didalam pendidikan di Kabupaten Fakfak khususnya daerah tertinggal dan terpencil.
- 1. Mereduksi Ketimpangan Pendidikan:
Mengembangkan sumber daya di tempat terpencil sangat penting untuk mereduksi ketimpangan pendidikan antara daerah perkotaan dan terpencil. Dengan mengalokasikan sumber daya yang memadai, seperti infrastruktur pendidikan, guru berkualitas, dan materi pembelajaran yang relevan, siswa di tempat terpencil memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan berkualitas.
- 2. Meningkatkan Aksesibilitas:
Pengembangan sumber daya membantu meningkatkan aksesibilitas pendidikan di tempat terpencil. Dengan membangun sarana transportasi yang memadai, seperti jalan, jembatan, atau akses internet, siswa dan tenaga pendidik dapat dengan mudah mencapai sekolah dan mengakses sumber daya pendidikan yang diperlukan.
- 3. Menarik dan Mempertahankan Tenaga Pendidik:
Dengan mengembangkan sumber daya, tempat terpencil dapat menarik dan mempertahankan tenaga pendidik yang berkualitas. Infrastruktur pendidikan yang memadai, dukungan profesional, dan insentif yang layak akan mendorong guru untuk mengajar di daerah terpencil. Hal ini akan meningkatkan kualitas pengajaran dan memperkuat pendidikan di wilayah tersebut.
- 4. Memfasilitasi Inovasi Pendidikan:
Pengembangan sumber daya juga memfasilitasi inovasi dalam pendidikan di tempat terpencil. Dengan memperkenalkan teknologi informasi dan komunikasi, seperti e-learning atau pembelajaran jarak jauh, siswa di daerah terpencil dapat mengakses materi pembelajaran yang lebih luas dan beragam. Ini akan meningkatkan motivasi belajar dan memberikan peluang untuk eksplorasi pengetahuan yang lebih mendalam.
- 5. Mendorong Pembangunan Ekonomi Lokal:
Pendidikan yang berkualitas di tempat terpencil juga berdampak pada pembangunan ekonomi lokal. Dengan meningkatnya tingkat pendidikan, masyarakat di tempat terpencil akan memiliki keterampilan yang lebih baik, membuka peluang kerja yang lebih luas, dan mengurangi ketergantungan pada sektor ekonomi yang terbatas. Ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal yang berkelanjutan.
- 6. Menciptakan Harapan dan Peluang:
Mengembangkan sumber daya di tempat terpencil memberikan harapan dan peluang bagi generasi muda. Dengan akses pendidikan yang memadai, mereka dapat mengembangkan potensi mereka, menggapai impian mereka, dan berperan dalam pembangunan komunitas mereka sendiri.
Kesimpulan:
Implementasi Kurikulum Merdeka di Kabupaten Fakfak menghadapi sejumlah tantangan. Keterbatasan sumber daya, kurangnya pelatihan guru, keterbatasan materi pembelajaran yang sesuai, kurikulum merdeka menjadi penghambat siswa dalam mengadopsi kurikulum merdeka belajar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H