Bali merupakan destinasi wisata yang sangat terkenal, tidak hanya terkenal di Indonesia, tapi juga terkenal sampai ke mancanegara. Hal ini membuat perkembangan wisata dibali melambung pesat, banyak para wisatawan berlomba-lomba datang ke Bali yang dipercayai sebagai tanah surga. Bali memang menyajikan berbagai macam kegiatan wisata, mulai dari Lautan hingga gunung disajikan di Pulau Seribu Pura ini. Tak hanya keindahan alam dan terasering sawah yang ditawarkan, banyaknya peninggalan seperti Pura dan monumen-monumen juga menjadi pelengkap wisata di Bali. Banyaknya kerajinan, kesenian, adat-istiadat, dan juga kegiatan kerohanian, menambah cantik Pulau Kecil ini. Tapi itu hanya sebuah bayangan dari para wisatawan yang belum datang ke Bali dan juga orang yang datang ke Bali 5-8 tahun yang lalu.
Sekarang, Bali telah berubah. Banyaknya kehidupan pariwisata di Bali membuat berjamurnya tempat hiburan dan juga hotel-hotel di Bali, sawah-sawah sudah berubah warna tumbuh menjadi beton-beton yang kokoh dan menjulang. Itulah yang mendatangkan uang orang-orang di Bali.Â
Selain bertumbuh suburnya beton-beton dibali, berkembang juga sampah sampah pariwisata dibali. Mulai dari laut hingga gunung sampah sudah ada dimana-mana, adakah pertanggung jawaban dari orang-orang yang membuang sampah sembarangan, tentu saja tidak semua.
Bahkan bali sudah dikategorikan sebagai provinsi Darurat sampah. Bagaimana tidak setiap hari terdapat 3.000 ton sampah yang dihasilkan di Bali. Sebagai daerah tujuan wisata, Provinsi Bali memiliki tanggung jawab besar dalam penanggulangan sampah. Kebersihan serta keasrian kawasan wisata, menjadi syarat mutlak dalam dunia pariwisata. Yang jadi masalah, pengelolaan sampah, termasuk sampah plastic, yang "Menyerbu" sejumlah pantai di Bali belum ditangani dengan maksimal.
Terkait persoalan sampah, seorang, peneliti Oseanografi Universitas Udayana, I Gede Hendrawan, pernah melakukan penelitian di Pantai Kuta, Nusa Penida, dan sepanjang garis pantai di Bali utara. Di pantai-pantai tersebut ternyata sudah tercemar sampah plastic. Sampah-sampah itu ada beberapa dari kiriman, maupun dari sungai-sungai yang ada dibali.
Tak hanya berdampak pada orang dalam negri saja, tapi sudah menjadi sorotan para wisatawan mancanegara yang datang ke Bali. Sempat pada akhir-akhir ini, viral seorang wisatawan yang mengais-ngais sampah di sekitaran Pantai Kuta.Â
Tidak tertamparkah kita sebagai orang yang memiliki daerah tersebut di jaga oleh orang luar. Tak hanya di garis pantai, sampah juga sudah berkembang dan berjamur di daerah lautan bahkan beberapa waktu lalu seorang turis yang sedang diving, bukannya melihat terumbu karang dan ikan-ikan yang lucu. Malah melihat ribuan sampah yang menggenangi spot diving tersebut.
Kendati Provinsi Bali menyebutkan bahwa sampah tersebut kiriman dari Pulau Jawa, Bali juga berkontribusi terhadap sampah-sampah tersebut. Untuk itu diperlukan penanganan yang proaktif.Â
Semua pihak haru berkontribusi termasuk pihak swasta yakni pengelola akomodasi pariwisata di Bali, khususnya yang ada disekitaran pantai. Langkah prefentif atau pecegahan juga perlu dilakukan, misalnya dengan tidak membuang sampah semabarangan dan menjaga kebersihan daerah sekitaran pantai. Hal ini juga menegaskan bahwa persoalan lingkungan tidak hanya dibatas-batasi oleh administrasi saja.
Namun tak hanya pemerintah, para traveler pun sebenarnya juga bisa ikut berpartisipasi untuk menjaga laut agar tak tercemar. Bagaimana caranya?
Sebagai traveler, pastikan menjagaa kebersihan ditempat wisata atau lokasi yang dikunjungi. Jika menemukan sampah plastic atau lainnya di pesisir pantai jangan ragu untuk memungut dan membuang ditempat yang seharusnya. Kebiasaan ini sudah sering dilakukan olah para turis asing yang datang ke Indonesia. Jika wisatawan domestic mulai melakukan hal serupa, bukan tak mungkin sampah-sampah di lautan Bali hilang dalam waktu lebih singkat.