Setelah berunding cukup lama, akhirnya weekend itu akan kami isi dengan memasak mpek mpek. Teman orang Sumsel bertugas untuk mendapatkan resep dan cara memasaknya. Berbekal resep andalan yang didapat dengan cara menelepon Emak, kami pun menyiapkan bahan-bahannya. Berhubung teman saya tidak bisa makan ikan laut selain ikan teri, maka kami pun membuat mpek mpek lenjer ikan teri dan kapal selam. Membuatnya tak semudah yang kami perkirakan.
Sesuai dengan anjuran salah satu teman, supaya lebih higienis, tepung diaduk menggunakan air hangat. Tapi ko tepungnya jadi kayak matang gitu ya?. Telp Emak lagi minta petunjuk. Akhirnya semua bahan disatukan dan ditambahkan air dingin. Dibentuk bulat panjang, jadilah lenjer. Bagaimana dengan kapal selam? Hasilnya lebih mirip kapal karam. Membalut telur mentah dengan tepung ternyata susah, telurnya mengalir kemana mana. Adonan yang sudah dibentuk kemudian di rebus, setelah mengambang diambil, ditiriskan, dan setelah dingin siap untuk digoreng.
Minyak dipanaskan, mpek mpek dimasukkan, sudah mulai kuning, dan mpek mpek seperti meledak, meletup-letup. Minyak panas bercipratan kemana-mana. Tidak luput tangan dan kaki kami juga kena. Teman kembali nelepon Emak, ternyata harus dikerat-kerat dulu sebelum digoreng.
Setelah mengoles salep pada luka bakar, aktivitas lanjut terus. Itu mpek mpek paling enak yang pernah saya makan.
Nyepi yang Rame
Pada saat hari besar keagamaan, ucapan selamat biasanya disampaikan ke orang yang merayakan. Kami juga sering membuat kartu ucapan mini dan ditempelkan di pintu kamarnya.
Hari itu libur memperingati Tahun Baru Saka (Nyepi). Dan ada 1 orang Bali beragama Hindu. Pagi itu kami mendatangi kamarnya dan mengucapkan ‘Ida, Selamat Hari Raya Nyepi’ yang dijawab dengan ‘terima kasih’. Tidak lama kami langsung keluar kamarnya karena dia nampaknya lagi belajar mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian.
Jam 9 pagi sudah lapar, kami mau keluar membeli sarapan. Tidak lupa mampir lagi ke kamar Ida.
“mau beli sarapan”
“ga, belum lapar”
“ya udah, kami pergi ya”