Mohon tunggu...
Nikita Situmeang
Nikita Situmeang Mohon Tunggu... Lainnya - Tetaplah berambisi.

Mari sama-sama belajar Dibentuk, Terbentuk, Membentuk....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Negara Iritasi

3 Juli 2021   03:44 Diperbarui: 3 Juli 2021   03:52 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan Sekedar titik kulminasi.

Seperti tikus tikus got kini rakyat berjalan

Melirik lirik menunggu sesuatu terjatuh

Berharap ada yang bisa dimakan..

Kemarahan menjadi sedikit representasi dari kekecewaan.

Ini bukan lagi soal rasa yang disajikan dalam bentuk dialegtis.

Namun siapa yang akan membantu rakyat?

Langkah kita sudah terlalu jauh dari rumah.

Tapi rakyat selalu saja disuruh berharap ?!!

Tunggu! Siapa yang rakyat bisa harapkan?

Atau coba berputar balik?

Ah...ini bukan sebuah perayaan hari baik.

Apa ada tingkat keakuratan soal keadilan atau kebajikan?

Bukankah jatuh seperti dimodifikasi kemudian disesuaikan?

Jangan jangan tentang adil masih harus melalui ujicoba?

Atau harus melalui serangkaian evaluasi?

Orang-orang hampir mati

Tapi adil masih saja diperbincangkan sebagai soal akurasi.

Eh,jangan jangan yang memimpin masih cari sempel untuk dijadikan kelinci.

Mungkin dipikirnya sebagai sebuah solusi.

Heh pemimpin negeri!

Tolong ini bukan sekedar titik kulminasi atau kombinasi antara yg dipimpin dengan yang memimpin.

Ini lebih dari itu.

Jatuh jatuhnya negeri ini sudah seperti terkena penyakit komplikasi.

Kompleks dengan kebobrokan yang terjadi.

Yang baik-baik sepertinya ingin disapu bersih.

Rakyatnya diberi janji setiap hari.

Sebagai obat tak kasat, yang akan membunuh perlahan.

Ini negara iritasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun