Mohon tunggu...
Aruna Sohma
Aruna Sohma Mohon Tunggu... Jurnalis - Freelancer

Hai, namaku Aruna Sohma!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ada Hantu di Perustakaan

29 September 2024   23:13 Diperbarui: 30 September 2024   00:08 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Ada hantu di perpustakaan!” Teriak Miguel sesampainya ia kembali ke kamar  asrama dengan ingus yang turun memanjang dari kedua lubang hidungnya. 

“Kau bercanda yah?” Tanya Dalton dengan perasaan tak suka. Ia masih telentang di atas kasur dengan kedua mata yang hampir saja terpejam jika saja Miguel tidak berteriak sambil mendobrak pintu dengan kencang. 

“Tidak Dalton, hantu itu perempuan. Ini sekolah laki - laki. Dia pasti hantu!” Bantah Miguel dengan kaki yang menghentak, tangan kanannya memegang sebuah lilin yang sudah hampir padam. 

“Tidurlah, mungkin itu anak Profesor Swift.” Kata Dalton dengan tatapan sinis dan mulai mematikan lampu tanpa meladeni celotehan Miguel. 

Keesokan paginya Dalton terbangun dan bersiap untuk mengikuti sekolah. Dalton masih tertidur di ranjang dengan dengkuran halus dan piyama kesayangannya. Dengan sangat berat hati, Dalton berusaha untuk membangunkan Miguel agar ia segera bersiap - siap. 

Dalton dan Miguel adalah teman sekamar. Mereka berumur Dua belas tahun dan sudah  dipaksa bersahabat sejak masuk sekolah. Mereka adalah pelajar di Loft Eton School, London dan menetap di asrama karena jarak rumah mereka yang cukup jauh. 

Dalton memiliki darah latin dari ayahnya, kulitnya kecoklatan namun ia memiliki mata ibunya yang sedikit berwarna hazel. Badannya lumayan pendek untuk usia anak dua belas tahun. ia memiliki rambut hitam pekat dan hidung runcing. Sementara Miguel asli orang Inggris. Kedua orang tuanya berasal dari York. Kulitnya putih pucat dengan mata biru langit, ia memiliki badan yang gempal dan tinggi, namun ia adalah seorang penakut. 

Mereka berdua tidak punya teman yang lain karena mereka tidak keren. 

“Berdua saja cukup kok!” Kata Miguel yang sering sekali di bully oleh rombongan Steve, para berandal populer. 

Sementara Dalton lebih sering asik sendiri di perpustakaan, menikmati buku - buku klasik karya Ernest Hemingway atau buku puisi Edgar Allan Poe. 

Seperti pada hari - hari sebelumnya, sehabis pulang sekolah Dalton akan mampir ke perpustakaan untuk membaca buku, tapi Miguel menghalanginya dan berkata:

“Jangan! Ada hantu di perpustakaan!” 

Tebak, apakah Dalton peduli? Tentu saja tidak. 

Ia mengurung Miguel di dalam kamar dan segera pergi ke perpustakaan walaupun pukul sudah setengah tujuh malam. Ia belum sempat menyentuh buku - buku klasik tersebut karena fokus mengerjakan tugas kelompok bahasa inggris bersama yang lain. 

Dalton membuka pintu perpustakaan dan ia merasakan bulu kuduknya merinding. Mungkin ia terkena sugesti dari Miguel yang selalu mengatakan bahwa ada hantu di perpustakaan. 

Tanpa pikir panjang, ia melangkahkan kedua kakinya menuju rak buku klasik, namun tiba - tiba sebuah buku terjatuh dari rak. Cepat - cepat Dalton menoleh ke arah sumber suara. 

Buku yang terjatuh berjudul Little Prince karya Antoine de Saint-Exupéry. Dalton segera mengambil bukunya. Dulu, ayah pernah membacakan buku itu dan Dalton berpikir bahwa tuhan menyuruhnya untuk membaca buku semasa kecilnya tersebut kembali. 

“Tolong bacakan untukku!” 

Dalton menoleh ke belakang, seseorang berbisik lirih di telinga, namun Dalton tidak melihat siapa pun. yang ia lihat hanya setumpuk buku yang memanjang dari satu rak - ke rak lain. 

“Halo?” Kata Dalton. Suaranya menggema ke seluruh penjuru perpustakaan. Ia melangkahkan kakinya maju, perlahan menuju pintu keluar karena rasa tidak nyaman seketika muncul. 

“Kau akan pergi juga?” Sosok perempuan dengan rambut terurai panjang menghadang Dalton. Perempuan itu sangat pucat dan kakinya tidak tampak ke lantai. Ia mengenakan seragam sekolah sama seperti yang Dalton pakai. Ia menangis. 

“Ha….. Hantu!!!!!” Dalton mendorong pintu seketika bayangan perempuan itu menghilang, ia segera berlari ke tempat yang lebih ramai, kemanapun, asal bukan perpustakaan. 

Dalton sampai di luar halaman sekolah. Dengan kakinya, ia berusaha untuk segera memasuki gedung asrama. Hujan tiba - tiba turun begitu deras, membuat langkah Dalton melambat. Bulu kuduknya masih berdiri dan ia sangat ketakutan. 

“Tolong, tolong aku hanya ingin membacakan cerita pada kakakku, tolong,” 

Langkah Dalton terhenti ketika ia mendengar seseorang memohon dari balik gerbang sekolah, seorang pria tua berumur sekitar lima puluh tahun menangis, memohon - mohon pada penjaga untuk diizinkan masuk. Dalton memperhatikan buku yang digenggam pria tersebut basah dan buku itu berjudul The Little Prince. 

Rasa penasaran Dalton mengantarkannya ke depan gerbang sekolah. Lelaki itu kebasahan tapi tetap memaksa ingin masuk, sementara dua penjaga berusaha untuk memulangkannya segera. 

“Tolong, kakakku harus tenang,” Katanya lagi. 

“Margareth sudah mati, ia sudah tenang berpuluh - puluh tahun yang lalu,” Kata sang penjaga. 

“Belum, dia belum pergi,” Jawab Pria itu.

Dalton masih memperhatikan sampai salah satu penjaga memergokinya dan menyuruh Dalton segera kembali ke asrama. 

Dalton dan Pria itu bertatapan beberapa detik sebelum Dalton kembali ke asrama. 

***

Sesampainya di Asrama. Dalton tidak menceritakan tentang apa yang terjadi pada Miguel. Sahabatnya itu marah dan dia tidak membagi makanannya pada Dalton sebagai tanda unjuk rasa. 

Keesokan harinya Dalton melihat pria kemarin lagi, berdiri masih menggenggam buku The Little Prince masih di depan gerbang sekolah dengan dua penjaga. 

“Ada apa?” Tanya Miguel bingung. Dalton menarik tangan Miguel untuk mengikutinya. 

“Nak, aku tau kau melihat kakakku,” Katanya sambil tersenyum. 

“Tolong bacakan cerita ini padanya, dia harus tenang. Ibuku mencarinya,”
 Kata Pria tersebut lagi. 

Para penjaga terlihat tidak suka dengan interaksi tersebut dan melarang Dalton memegang buku itu. 

“Tidak boleh menerima barang dari orang asing,” Kata sang penjaga. sementara Miguel terlihat yang paling bingung di antara semuanya.

“Namaku Milo. Kakakku bernama Margareth.” 

Dalton mengangguk, kemudian dia menoleh ke arah Miguel. 

“Ayo kita ke perpustakaan.” 

***

Miguel memberontak, ia tidak mau tapi Dalton memaksanya bahkan mengunci pintu perpustakaan. Semua kosong, para penjaga perpus telah pulang dan kini hanya tinggal Dalton, Miguel dan….

Margareth. 

“Kau ingin membacakan buku untukku?” Tanya Margareth yang tiba - tiba muncul dari rak buku. 

“Aaaaaa, tolong!!!” Miguel berusaha untuk keluar namun tidak bisa karena pintu telah terkunci. 

Margareth terlihat terkejut kemudian menatap Dalton. 

“Aku akan membacakan buku untukmu,” Kata Dalton dengan mantap. 

Miguel ketakutan, namun akhirnya ia mengikuti kemana Dalton pergi karena curiga hantu lain akan muncul. 

Dalton mengambil buku The Little Prince dan Margareth terlihat begitu sangat bahagia. Ia duduk di sebuah bangku panjang dekat kumpulan buku biologi dan sains, sementara Dalton dan Miguel di depannya. 

“Aku tidak sabar bertemu Ibuku, terima kasih sudah mau membacakan!” Kata Margareth senang. 

“Boleh tahu bagaimana kau mati?” Tanya Miguel tiba - tiba yang membuat Dalton terkejut, Margareth hanya tertawa. 

“Aku dan Kembaranku Milo terjebak di sini. Waktu itu ada kebakaran, hanya Milo yang selamat karena ia berhasil keluar jendela untuk meminta bantuan. Aku sangat menginginkan buku itu,” Kata Margareth sambil menunjuk buku yang digenggam Dalton. 

Dalton pun membacakan buku The Little Prince dengan hati - hati. Sesekali ia mendengar Margareth tertawa dan mengobrol bersama Miguel, membahas isi ceritanya. Sampai akhirnya di bab terakhir, Margareth sudah tidak ada. 

Miguel tertidur di sebelahnya. 

Anehnya setelah sadar dari tidurnya, Miguel tidak mengingat apapun. Ia terlihat sangat bingung seperti orang yang lupa ingatan. 

Pria itu tidak terlihat lagi setelahnya dan semuanya malah terasa aneh. 

“Miguel, kau ingat kan ada hantu di perpustakaan?” Tanya Dalton. 

“Tidak, memangnya ada hantu di perpustakaan?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun