Mohon tunggu...
Sutanto Kosasi
Sutanto Kosasi Mohon Tunggu... Guru - Teacher

To infinity and beyond...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Terpana dengan Kesuksesan Formula E

3 Juni 2022   22:38 Diperbarui: 3 Juni 2022   22:40 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun Anies butuh bumbu-bumbu penyedap seperti ini, supaya narasinya semakin seru. Itulah sebabnya dia membisu seribu bahasa terhadap kritikan dan nyinyiran di luar sana, sehingga dengan demikian, akan semakin banyak pula orang-orang yang menyerangnya dan demikian pula bumbu penyedap akan semakin banyak untuk melengkapi narasinya.

Narasi Anies Tentang Formula E

Boleh dibilang narasi ini dimulai dengan gagasannya untuk menjadi pioneer dalam “promosi penggunaan kendaraan listrik” yang pada gilirannya akan membuat Indonesia menjadi negara yang peduli lingkungan, peduli pada peniadaan polusi udara dan sebagainya.

Masalahnya, Anies mungkin lupa (atau pura-pura lupa), harga mobil listrik masih lumayan mahal saat ini, sehingga kalaupun ada penggunanya, hampir bisa dipastikan mereka adalah orang-orang kaya. Jadi sesungguhnya, walaupun gagasannya pada dasarnya baik, tapi tidak tepat sasaran, setidaknya untuk saat ini. Jangankan di Indonesia, di negara-negara maju dan kaya saja pun penggunaan mobil listrik masih termasuk segelintir. Jadi, apabila orang-orang kaya di Indonesia beralih ke mobil listrik, jumlah mereka juga hanya akan segelintir dan tentu tak akan berpengaruh signifikan terhadap apa yang namanya “peduli lingkungan”. Akhirnya, gagasan ini malah terdengar seperti bullshit karena efeknya nggak seberapa.

Tapi dasar Anies sang narator ulung, dengan mahirnya dia menyetir pendukungnya untuk mempercayai bagaimana dia sangat memperdulikan masa depan Indonesia ke depannya. Maka lahirlah ide untuk menggelar Formula E dan semuanya percaya bahwa ini adalah awal dari “kebangkitan dan kemajuan Indonesia” di tangan Anies. Padahal kalau saja pendukungnya mau menggunakan logika, untuk mencapai Indonesia yang “go green” nggak harus dengan menyelenggarakan balapan mobil listrik kok.

Yang perlu dibenahi duluan untuk mempersiapkan Indonesia yang siap menggunakan kendaraan listrik, tentunya SDM Indonesia yang pertama-tama harus dibenahi. Bayangkan, seandainya dana yang dikucurkan untuk Formula E digunakan untuk menyekolahkan putra putri Jakarta yang terbaik ke negara-negara yang sudah memproduksi mobil listrik dan penduduknya sudah menggunakan kendaraan ramah lingkungan tersebut, ada berapa banyak SDM kita yang bisa dikirim dan berapa banyak ilmu yang bisa disedot sebelum kita bisa menyatakan “siap go green”?

Pendukung Anies, bukan rahasia lagi, adalah salah satu yang bersuara paling keras terhadap kegagalan Presiden Jokowi dalam proyek ESEMKA. Bukankah itu sangat luar biasa apabila suatu hari nanti ternyata Anieslah yang berhasil membina para generasi penerus untuk memproduksi kendaraan listrik kita sendiri? Lalu untuk apa habis ratusan milyar rupiah hanya untuk kelihatan keren dan peduli pada masa depan Indonesia?

Benarkah Formula E Tidak Bernilai Politis Bagi Anies?

Omong kosong kalau dibilang tidak ada. Pengaruh Formula E ini terhadap kesiapan Indonesia untuk “go green” jujur saja, menurut saya, nol besar. Apakah gara-gara ada Formula E lantas masyarakat tiba-tiba sadar bahwa mereka harus beralih ke kendaraan listrik? Apakah setelah penyelenggaraan Formula E selesai lantas masyarakat berbondong-bondong pergi membeli kendaraan listrik? Kalaupun benar begitu, belinya dimana? Sanggup beli nggak?

Formula E ini hanyalah sarana untuk menaikkan citra politis Anies. Kalau memang Anies seorang penggagas yang mumpuni, masih banyak hal yang bisa dilakukan selain menyelenggarakan Formula E. Tapi yah begitulah....Anies itu bukan penggagas, dia tak lebih dan tak kurang adalah seorang narator. Dan terima kasih pada banyak pihak, narasi Formula E ini menjadi semakin bagus dan menarik.

Di masa lalu, para pemimpin dunia menggunakan orasi untuk mempengaruhi rakyatnya. Saat ini, kita punya seorang Anies Baswedan yang menggunakan narasi dan mungkin dia bisa menjadi trend-setter untuk para pemimpin berikutnya, baik di Indonesia maupun dunia. Untuk urusan orasi, tentu lebih bijak bagi Anies untuk menyerahkan tugas itu pada Riziek, Somad atau Amin Rais.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun