Rakyat paham
Sejatinya, sebagian rakyat +62 sangat memahami tujuan dari kebijakan Kementerian ESDM untuk memperbaiki sistem distribusi elpiji 3 kg agar lebih mudah diawasi dan tepat sasaran.
Rakyat juga paham bahwa kebijakan ini guna memastikan harga yang diterima oleh kelompok rumah tangga dan pelaku UMKM, selaku konsumen utama gas melon ini sesuai sesuai dengan HET yang telah ditetapkan pemerintah sebagai bentuk perlindungan terhadap konsumen.
HET adalah harga eceran tertinggi, dalam bahasa Inggris: maximum retail price (MRP), adalah harga tertinggi yang boleh dikenakan untuk sebuah produk yang dijual di suatu negara. Harga ini dihitung oleh produsen. Namun, pengecer diperbolehkan menjual produk dengan harga di bawah HET. HET berbeda dengan harga eceran resmi di mana harga tersebut hanya berupa rekomendasi, tidak dapat ditegakkan oleh undang-undang.
Namun, dampak dari kebijakan ini, menimbulkan keresahan dan ketidaknyamanan di tengah masyarakat akibat munculnya kelangkaan gas di tingkat pengecer. Pasalnya, warung pengecer merupakan pangkalan yang paling dekat ke masyarakat. Keberadaan pengecer ini setidaknya telah berhasil mengurai potensi antrean di pangkalan-pangkalan gas.
Terlebih, sudah pasti bahwa jelang bulan Ramadan kebutuhan gas elpiji 3 kg juga meningkat.
Mensejahterakan cukong, matikan UMKM
Mengembalikan penjualan gas elpiji hanya di agen resmi, ini juga dapat dibaca apa maksud dan tujuannya. Bukankah agen resmi ini pemiliknya juga para pemodal/cukong? Apalagi jelang Ramadan, "mereka" yang bermain di balik gas elpiji ini, tentu sudah merencanakan dengan matang, sehingga Pemerintah pun dapat diatur atau pura-pura membuat aturan mulai 1 Februari 2025, gas elpiji 3kg hanya dijual di agen resmi.
Luar biasa, negeri ini sudah benar-benar dijajah dengan nyata. Penjajahnya adalah oligarki yang menjadi cukong Pemerintah. Daratan, laut, gas elpiji, semua sudah mengikuti aturan cukong.
Mengapa Sri Mulyani kagetnya tidak sejak 10/9/8/7/6/5/4/3/2/1 tahun yang lalu? Mengapa kagetnya baru sekarang, jelang Ramadan? Saat ada kasus Pagar Laut, dll? Siapa yang menyuruh kaget? Siapa di balik layar?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI