Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Swedia Ikuti Jejak Finlandia, Kembali ke Buku Teks Cetak

17 Januari 2025   15:45 Diperbarui: 17 Januari 2025   15:45 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memperoleh pengetahuan melalui buku teks cetak dan keahlian guru, lebih akurat daripada memperoleh pengetahuan dari sumber digital yang tersedia secara bebas, tetapi belum tentu terverifikasi.

(Supartono JW.17012025)
Pengamat pendidikan nasional

Sebelumnya, pada 13 September 2024, saya sudah menulis artikel di media ini dengan judul:

"Berdampak Buruk, Pendidikan di Finlandia Tinggalkan Perangkat Digital, Kembali ke Pena dan Kertas".

Dalam artikel saya mengulas, meski dunia sudah mencatat bahwa sistem pendidikan di Finlandia telah memperoleh pengakuan global atas hasil-hasilnya yang baik dalam beberapa dekade terakhir dan kesiapannya untuk mencoba teknik-teknik pengajaran baru.

Demi mengiringi perkembangan zaman, di Finlandia pun banyak sekolah yang memberikan laptop gratis kepada semua murid sejak usia 11 tahun.

Namun, saya kutip dari Inilah.com, Rabu (11/9/2024) Atas perkembangan pendidikan tersebut, para orang tua dan para guru di Finlandia, semakin khawatir akan dampak layar pada anak-anak.

Kesimpulannya, berdampak buruk, pendidikan di Finlandia tinggalkan perangkat digital, kembali ke pena dan kertas".

Swedia ikuti Finlandia

Setelah Finlandia, hanya berselang sekitar kurang lebih tiga bulan, ternyata kini saya tulis artikel: "Pendidikan Swedia Ikuti Jejak Finlandia, Kembali ke Buku Teks Cetak".

Mengutip laporan Indian Defence Review, Kamis (16/1/2025), setelah 15 tahun lamanya sistem pendidikan di Swedia menggunakan perangkat digital seperti komputer dan tablet, Swedia berubah pikiran karena beberapa masalah besar muncul. Pemerintah Swedia akhirnya memutuskan untuk mengubah sistem pendidikan dengan kembali menggunakan buku-buku cetak sebagai media pembelajaran.

Demi mengubah sistem pendidikan ini kembali memperkenalkan buku-buku cetak di ruang kelas, Pemerintah Swedia sejak 2022 hingga 2025, telah menginvestasikan 104 juta Euro atau setara Rp 1.748.167.200.000 (1.7 triliun) untuk menyediakan buku cetak bagi setiap siswa sesuai mata pembelajaran. Anggaran tersebut juga demi mendukung kampanye kesadaran dan membantu sekolah selama masa transisi.

Menurut Menteri Pendidikan Lena Johansson, langkah ini adalah tentang menemukan keseimbangan. Swedia tidak meninggalkan perangkat digital sepenuhnya, tetapi memastikan bahwa perangkat tersebut melengkapi, bukan menggantikan aspek dasar pembelajaran.

Ini menjadi refleksi bahwa teknologi memiliki kelebihan, tetapi metode pengajaran tradisional sangat penting untuk menumbuhkan keterampilan berpikir kritis dan pemahaman. Dengan kembali menggunakan buku cetak, Pemerintah Swedia berharap dapat membangun kembali keterampilan belajar dasar sambil terus menggunakan alat digital sebagai nilai tambah siswa.

Masalah yang muncul

Sekadar mengingatkan kembali, pada tahun 2009, Swedia memutuskan untuk mengganti seluruh buku cetak dengan perangkat digital sebagai media pembelajaran. Optimis bahwa penggunaan perangkat digital bisa mengubah sistem pendidikan menjadi lebih mudah diakses dan mempersiapkan para siswa menuju ke tuntutan digital pada abad ke-21.

Sayang, dengan pogram transisi pendidikan tersebut, terbukti tidak memberikan hasil yang diharapkan. Bahkan, beberapa orangtua mengaku menghadapi tantangan, di antaranya keterampilan dasar berupa membaca dan menulis para siswa semakin menurun.

Setali tiga uang, para pendidik
juga menemukan fakta bahwa para siswa, ternyata kesulitan berkonsentrasi dan mengingat informasi saat menggunakan layar digital daripada dengan metode pembelajaran berbasis buku cetak.

Penelitian oleh Dewan Riset Swedia untuk Kesehatan, Kehidupan Kerja, dan Kesejahteraan (Forte) juga tidak menampik bahwa pembelajaran menggunakan teknologi digital dengan menatap layar berjam-jam terbukti menghambat kemampuan siswa untuk lebih fokus dalam memproses informasi yang kompleks.

Selain itu, data dari Studi Kemajuan dalam Literasi Membaca Internasional (PIRLS) menunjukkan bahwa keterampilan siswa di Swedia terus menurun pada 2016-2021.
Pada 2021, siswa kelas 4 di Swedia memperoleh rata-rata 544 poin, turun dari rata-rata 555 di tahun 2016.

Menurut pakar pendidikan di Institut Pendidikan Nasional Swedia, Anna Lindstrom, dikutip dari The Universal. "Dampak layar dengan lampu latar pada konsentrasi dan pemahaman jauh lebih signifikan daripada yang kami perkirakan."

Anna juga memaparkan bahwa siswa sering kali menggunakan perangkat teknologi itu untuk bermain gim atau menjelajahi internet selama berjam-jam di sekolah. Kebiasaan itu, mengurangi keterlibatan siswa di kelas.

Oleh sebab itu, banyak orangtua yang menyuarakan kekhawatiran mereka terkait konsekuensi yang tidak diinginkan akibat transisi ke teknologi digital ini.

Salah satunya, seorang ibu Maria Svensson, mengeluhkan bahwa dia melihat anaknya terganggu oleh gim dan media sosial selama jam sekolah, yang memengaruhi prestasi akademisnya.

Buku fisik penting

Sejatinya, dikutip dari The Guardian, wacana Pemerintah Swedia kembali menggunakan buku cetak sebagai media pembelajaran sudah mencuat sejak 2022 silam. Pada saat itu, Menteri Sekolah Swedia, Lotta Edholm mengatakan, siswa Swedia membutuhkan lebih banyak buku pelajaran. Sebab, buku fisik penting untuk pembelajaran siswa.

Pemerintah Swedia bahkan berencana untuk melangkah lebih jauh dengan mengakhiri pembelajaran digital untuk anak-anak di bawah usia 6 tahun.

Senada dengan Edholm, Institut Karolinska Swedia juga menunjukkan bukti ilmiah bahwa perangkat digital justru merusak pembelajaran.

Edholm kemudian mengumumkan bahwa pemerintah ingin membatalkan keputusan badan nasional untuk pendidikan yang mewajibkan penggunaan perangkat digital di prasekolah pada Agustus 2023.

Pasalnya, pengembalian buku cetak sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan dasar siswa. Memperoleh pengetahuan melalui buku teks cetak dan keahlian guru, lebih akurat daripada memperoleh pengetahuan dari sumber digital yang tersedia secara bebas, tetapi belum tentu terverifikasi.

Bagaimana pendididikan  di Indonesia? Mau terus digital dan medsos? Lihatlah dunia digital  dan medsos sudah mengubah manusia Indonesia menjadi kurang beradab, menanggalkan etika dan moral?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun