Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Bila Sepak Bola untuk Bisnis dan Tempat Mencari Makan, maka Tidak Memakai Hati

7 Januari 2025   11:53 Diperbarui: 7 Januari 2025   13:18 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Erick tidak memikirkan pembinaan

Sebelum STy dipecat, padahal STy adalah pelatih paling jujur dan berani sepanjang PSSI ada sejak 1930, STy lah yang berani mengungkap kegelapan sepak bola nasional dan menemukan fakta bahwa para pemain Timnas yang dipanggil masuk TC, kemudian terdeteksi berturut-turut:
(1) Belum lulus fisik (Speed)
(2) Belum lulus passing-control (Teknik)
(3) Tidak percaya diri, tidak bermental (Personality)
(4) Tidak cerdas mengambil keputusan (Intelegensi)

Empat hal tersebut selama ini saya singkat sebagai TIPS. Saya pun tulis dalam artikel hingga berjilid-jilid, apa yang terus ditemukan STy dari proses pendidikan, pelatihan, dan pembinaan kepada para pemain Timnas Indonesia, yang seharusnya bukan lagi tugas STy.

Apakah Erick paham betapa bobroknya pembinaan sepak bola akar rumput di Indonesia? Bahkan hingga detik ini, saya pun belum pernah menulis Erick Thohir peduli kepada sepak bola akar rumput Indonesia, padahal dia sudah jadi Ketua Umum PSSI.

Wadah sepak bola akar rumput terus dia abaikan. Tidak pernah diurus keberadaannya, regulasinya, fungsi, dan kedudukannya.

Tetapi Erick yang pebisnis itu, maunya sepak bola Indonesia langsung berlari, padahal berdiri saja belum bisa. Maunya mendunia, tetapi di negeri konoha saja tidak ada menanam, merawat, dan membina. Maunya memetik. Bahkan memetik hasil tanaman orang lain/negara lain pun dikejar demi apa?

Saya, seperti juga publik sepak bola nasional/dunia yang kecewa atas pemecatan STy yang kita semua anggap tidak normal, hanya mendoakan agar Erick Thohir, mulai mengurus sepak bola pakai hati.

Saya merasakan betul, lebih dari separuh umur hidup saya, sebagai mantan pemain sepakbola, lalu dengan hati, ikut berdarah-darah melahirkan dan mendirikan wadah sepak bola untuk membantu Indonesia dengan kekuatan kaki dan tangan sendiri, tidak ada cukong/mafia. Bahkan wadah sepak bola saya pun dari hasil prosesnya, sudah andil menyumbangkan pemain ke Timnas, merasakan betul manfaat kehadiran STy bagi sepak bola Indonesia.

Selama lebih dari lima tahun, STy adalah sosok pelatih yang rela hati menangani pemain Timnas Indonesia, mengulang rapor TIPS pemain dari nol. Sehingga, selama itu pula, kini PSSI dapat memetik hasilnya, yaitu para pemain yang "mentah" dalam proses pembinaan, tetapi dimatangkan STy di Timnas.

Mengapa mentah dalam proses pembinaan, karena wadah sepak bola akar rumput terus diabaikan oleh PSSI.

Apakah pelatih baru, hasil dari perjuangan tidak normal dengan terlebih dulu memecat STy, akan rela hati, turun jauh ke bawah seperti STy yang mampu memitigasi kelemahan pemain Timnas hingga ke akarnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun