Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Refleksi 2024 (9) Pribadi Berkualitaskah, Saya?

31 Desember 2024   08:46 Diperbarui: 31 Desember 2024   09:10 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW


Refleksi 2024 (9)

Pribadi Berkualitaskah, Saya?

Pribadi yang berkualitas tercermin dari sikap dan perbuatan seseorang. Tidak dapat direkayasa atau dimanipulasi. Sang Pencipta dan orang lain pun adalah saksi.

(Supartono JW.31122024)

Hingga penghujung tahun, 31 Desember 2024, apakah saya, kita, sudah tergolong manusia yang berkualitas?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) makna kualitas adalah tingkat baik buruknya sesuatu, kadar, derajat atau taraf (kepandaian, kecakapan, dan sebagainya), mutu.

Sementara pengertian kualitas pribadi  adalah benar dan baik tingkah lakunya, benar dan baik sebagai warga masyarakat atau warga negara. Dapat dijadikan teladan dalam hidup bermasyarakat dan bernegara.

Dan makna pribadi yang berkualitas yaitu mempunyai kualitas dan bermutu (baik).

Contoh keteladanan +62

Sesuai maknanya, kualitas pribadi yang benar dan baik, pasti dapat dijadikan keteladanan dalam kehudupan bermasyarakat, berorganisasi, kekeluargaan, hingga kehidupan berbangsa dan bernegara.

Namun, di negeri ini, mulai dari bawah, golongan rakyat jelata hingga ke atas, golongan elite dan pemimpin negeri, siapa yang dapat dijadikan teladan pribadi yang berkualitas?

Tengoklah ke atas, semisal, kehidupan kepemimpinan di +62, dalam sepuluh tahun terakhir, di negeri ini, pemimpin negeri kita malah memberikan keteladanan yang tidak benar dan tidak baik. Karena melanggar etika dan moral, malah soelah menjadi sesuatu yang benar dan baik.

Mirisnya, para pemuja dan manusia-manusia yang pribadinya juga tidak berkualitas, karena hidup hanya memanfaatkan situasi dan kondisi demi mencari keuntungan, sekalipun harus ikutan menanggalkan etika dan moral, bahkan rela "bertopeng dan menjilat", tetap mereka lakukan. Sebelas-duabelas dengan yang memberikan keteladanan yang tidak benar dan tidak baik.

Lebih miris, bahkan, setelah lengser, bila pandai bersyukur dan gemar merefleksi diri, tentu akan insyaf. Tetapi faktanya apa, keteladanan buruk terus dipertontonkan, seolah negeri ini miliknya, milik dinastinya, oligarkinya, cukongnya, dll.

Apakah rakyat sadar dan menyadari akan hal itu. Kualitas pribadi seperti apa yang sejatinya mereka punya. Sebab, sepertinya, mereka berpikir hidup di dunia akan selamanya. Tidak akan ada hari pembalasan di akhirat.

Tidak bisa membohongi diri

Bila pemimpin di negeri ini, tidak dapat dijadikan teladan pribadi yang berkualitas, apakah saya, kita, yang terus belajar dan berupaya memperbaiki diri agar kecerdasan spiritual (SQ), intelegensi (IQ), dan personality (EQ)-nya berkualitas, akan ikut-ikutan seperti pemimpin dan pengikutnya "itu"?

Sepanjang hidup, atau minimal sepanjang tahun 2024, coba kita ricek lagi, apakah saya tergolong manusia yang berkulitas? Apakah saya adalah orang,

(1) Yang selalu membutuhkan  

(2) Menjadi pribadi yang realistis dan rasional

(3) Tidak egois karena selalu menjaga dan merawat (jasmani, rohani, SQ, IQ, EQ)

(4) Tidak sombong

(5) Berupaya low profile dengan terus belajar dan mengembangkan soft skill

(6) Terus membenahi diri menjadi makhluk sosial

(7) Menjadi pribadi yang respek, menghargai dan menghormati orang lain

(8) Menjadi manusia yang tahu diri, tahu berterima kasih, rendah hati, dan pandai bersyukur

(9) Selalu merefleksi diri, sebab refeksi diri adalah paket kehidupan?

(9) pertanyaan atau pernyataan tersebut, bila dijawab dengan jujur, akan dapat menjawab, diri kita ini, sudah tergolong manusia atau pribadi yang berkualitas atau belum.

Berikutnya, agar diri saya, kita, semakin berkualitas, sebelum memasuki tahun 2025, coba mericek juga bagaimana kalkulasi pencapaian dan kegagalan selama tahun 2024.

Bila (9) pertanyaan/pernyataan di atas, jawabannya saya, kita, belum tergolong seperti itu, maka saya, kita, masih jauh dari menjadi pribadi yang berkualitas. Namun, apakah dari (9) hal itu, saya, kita, gagal semuanya? Atau ada sebagian yang gagal? Jawabnya tetap ada dalam kejujuran diri. 

Pun saya, kita, juga tidak dapat membohongi diri, sebab ada saksi Tuhan dan orang-orang yang dekat atau ada di sekitar kita, menjadi bagian dalam kegiatan kita, kekeluargaan kita, selain tentu tahu bahkan detail siapa diri saya, kita yang sebenarnya. Bahkan, mereka pun tentu dapat menyimpulkan apakah diri saya, kita, adalah pribadi atau orang yang berkualitas. 

Pada akhirnya, apakah saya, kita, sudah tergolong pribadi yang berkualitas atau belum, menutup tahun 2024, tetaplah gunakan pikiran dan hati yang jernih, coba kalkulasi, identifikasi, dan petakan yang kita perbuat selama tahun 2024:
(1) Apa saja pencapaian dan keberhasilan saya?
(2) Apa saja keburukan dan kegagalan saya?
(3) Apa saya berhasil atau gagal melalui tantangan dan rintangan?
(4) Hal-hal apa yang saya berhasil dan gagal?
(5) Apa saya memanfaatkan waktu, pikiran, tenaga, hingga uang dengan benar, baik, dan bijak?
(6) Apa saya orang yang hanya pandai memanfaatkan orang lain/pihak lain?
(7) Apa saya orang yang selalu dimanfaatkan orang lain/pihak lain?
(8) Apa saya selalu memperhatikan keseimbangan dalam setiap langkah perbuatan?
(9) Apakah saya banyak bahagia atau bersedih?
(10) Apakah saya orang yang bijaksana?
(11) Apakah saya dapat menyimpulkan, saya pribadi yang berkualitas atau belum?
(12) Apa rencana perbaikan dan pengembangan diri di 2025?

Dari semua catatan tersebut, mari kita simpulkan:
(1) Bila saya, kita, belum tergolong pribadi yang berkualitas, apa yang harus saya, kita, rencanakan dan perbuat di 2025?
(2) Bila saya, kita, sudah tergolong pribadi yang berkualitas, apa juga yang harus saya, kita, rencanakan dan perbuat di 2025?
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun