Respek kepada diri sendiri, kepada orang lain, norma sosial, alam, sifat-sifat orang lain, nilai-nilai kehidupan, aturan/hukum, budaya, keluarga, kekeluargaan, di lingkungan masyarakat, di lingkungan pekerjaan, di sekolah/kampus, hingga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?
Lihatlah, ada orang yang bahkan sampai duduk dan memegang kekuasaan di negeri ini, padahal awal mulanya hanya seorang rakyat jelata. Tetapi, setelahnya apakah respek kepada yang telah membantu mengangkat derajatnya?
Banyak orang-orang yang respek karena ada udang di balik batu. Ada keuntungan yang diharapkan demi kepentingan dirinya, keluarganya, dinastinya, kelompoknya, partainya, oligarkinya, hingga cukongnya.
Ada yang respek kepada pihak tertentu karena diiming-imingi beasiswa dan kemudahan, tetapi malah menghapus respek kepada pihak yang telah membantu, mendidik, membina dengan gratisan. Bahkan kasarnya, sudah mengentaskan dari comberan. Karena di lubuk hati dan pikirannya hanya ada naskah drama "memanfaatkan".
Berapa banyakkah, utang respek saya, kita, kepada orang lain/pihak lain/grup/lainnya, sepanjang hidup di dunia, atau minimal sepanjang tahun 2024?
Yang pasti, orang yang respek, tentu mumpuni dan "sehat" kecerdasan SQ, IQ, dan EQ. Kompeten pula soft skillnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H