Namun, bagaimana dengan persoalan respek yang mendampak keuntungan, khususnya bagi para pencari cuan dari dunia medsos dengan menyebut dirinya selebgram, konten kreator, youtuber, tiktoker, igmer, dll? Wow, yang ini lain ceritanya, bukan? Ini respek yang mana?
Respek yang sehat
Sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), respek
artinya rasa hormat. Memiliki respek, artinya memiliki rasa hormat pada orang lain/pihak lain. Terlepas orang lain/pihak lain itu siapa.
Terlebih bila orang lain/pihak lain adalah orang/pihak yang telah sangat berjasa pada perjalanan hidup kita, keberhasilan, dan kesuksesan kita. Menjadi perantara kehidupan awal kita saat masih belum apa-apa, belum menjadi siapa, dan belum-belum lainnya.
Respek juga diartikan sebagai kekaguman dan memberi perhatian kepada orang lain/pihak lain, karena telah melakukan sesuatu yang luar biasa atau memiliki kemampuan yang mengesankan.Â
Karena itu, respek adalah wujud kepedulian yang ditunjukan dengan perilaku benar dan baik kepada orang lain/pihak lain. Bukan tindakan yang berdampak menyakiti, jahat, merugikan, hingga hal yang membahayakan.
Respek itu saling. Bila kita tidak memperlakukan orang lain dengan benar dan baik, kita juga tidak bisa mengharapkan mereka membalasnya dengan benar dan baik.
Respek itu interpersonal, sering dipenuhi dengan konflik dan ketidakpuasan. Jika kita tidak menghormati dan menghargai orang lain, mereka tidak akan menghormati dan menghargai kita.
Respek selain berdampak dihormati dan dihargai, juga membawa seseorang aman, memiliki harga diri, jauh dari dihakimi, dihina, terjaga kesehatan mentalnya.
Respekkah saya?
Pertanyaannya, apakah selama ini, sepanjang hidup saya, atau minimal sepajang tahun 2024, saya sudah menjadi pribadi yang respek?