Bekerjasama, bercengkerama, berkekeluargaan dan lainnya dengan orang yang cerdas SQ, IQ, dan EQ, positifnya dapat membantu mengangkat citra diri. Sebaliknya, bekerjasama, bercengkerama, berkekeluargaan dan lainnya dengan orang yang rendah SQ, IQ, dan EQ, dapat menjatuhkan citra diri.
(Supartono JW.22122024)
Kegagalan Timnas Indonesia di Piala AFF 2024 yang sudah saya prediksi berdasarkan fakta-fakta objektif, terbukti. Namun, secara objektif pula, saya menilai kegagalan Timnas ini hanya dari segi belum berhasil lolos dari fase grup demi menuju babak semifinal apalagi final hingga juara.
Tetapi secara objektif juga, Timnas Piala AFF ini saya sebut "berhasil". Pasalnya, semua lawan yang dihadapi adalah tim senior dan mendekati tim terbaik di masing-masing negaranya. Sementara anak-anak Garuda, hanya diisi pemain senior: Asnawi dan Arhan. Selebihnya pemain muda.
Meladeni para pemain senior, mampu menang gol atas Myanmar. Imbang vs Laos. Hanya kalah 0-1 di kandang Vietnam. Dan, kalah 1-0 di kandang sendiri dalam laga yang penuh drama.
Kaca mata kuda
Terkait kegagalan timnas dari segi tidak mampu lolos ke semifinal, publik sepak bola nasional yang terdiri dari berbagai lapisan, ada pengamat, praktisi, media, hingga masyarakat awam, dll, nampaknya, saya "simak" lebih banyak mengungkapkan opininya berdasarkan "kaca mata kuda".
Kacamata kuda adalah istilah untuk menggambarkan perilaku orang yang egois. Bertindak, bersikap, bertutur kata, tanpa melihat kanan kiri, yang penting  tujuan egoisnya tercapai. Tidak peduli walaupun tindakan, sikap, hingga tutur kata yang lebih subjektif, menyakiti orang lain/pihak lain. Bahkan membuat orang lain/pihak lain menderita.
Orang-orang yang bertindak, bersikap, hingga bertutur kata pakai kacamata kuda alias subjektif, biasanya adalah orang-orang yang belum selesai dengan dirinya. Tidak pandai bersyukur, tidak beretika dan bermoral, jauh dari lapang dada hingga rendah hati. Cenderung sombong.
Andai orang-orang yang menilai kegagalan timnas memakai "kacamata objektif", tentu tindakan, sikap perbuatannya, tutur katanya akan membuat orang lain/pihak lain nyaman, terhibur, terdidik, berterima kasih atas kritik-masukan-saran. Sebab semua dinilai berdasarkan fakta-fakta objektif.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), objektif berarti keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi oleh pendapat atau pandangan pribadi. Objektif juga dapat diartikan sebagai sudut pandang pribadi yang tidak memihak.