Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Indonesia Baik-Baik Saja, Aamiin

4 Desember 2024   08:48 Diperbarui: 4 Desember 2024   08:48 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meski begitu, saya bangga dan acung jempol untuk media mainstream terkemuka di negeri ini. Media ini adalah Kompas.com yang pada 4 Maret 2023 menayangkan artikel yang ditulis oleh M. Ikhsan Tualeka (Pegiat Perubahan Soaial), yang berani mengulas bahwa hari-hari ini, bangsa yang berasaskan Pancasila ini, betul-betul telah kehilangan keteladanan dari para pemimpinnya. 

Revolusi mental yang sebelumnya digadang-gadang, menjadi sebatas retorika. Lalu, di dalamnya diulas tentang Anwar Usman Ketua Mahkamah Konstitusi, yang seharusnya menjadi benteng terakhir konstitusi negara,  justru terlibat conflict of interest dalam memutuskan perkara batas usia minimal capres-cawapres yang akhirnya menguntungkan keluarganya. 

Berikutnya dibahas soal Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri yang berkali-kali dalam perilaku yang dinilai publik tak etis juga melanggar etik. Bahkan terkait dugaan pemerasan yang dilakukannya dalam penanganan kasus korupsi, Firli terus mangkir dari pemeriksaan polisi maupun Dewas KPK.

Tak luput, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun setali tiga uang, dengan mempertontonkan perilaku politik inkonsistensi "esuk dele sore tempe" (pagi kedelai, sore tempe) atau hari ini bicara lain besok bicara beda, tidak satunya kata dengan perbuatan. 

Perilaku Jokowi ini dipertontonkan dalam berbagai pernyataan politik melalui media massa. Misalnya, terkait wacana majunya Gibran Rakabuming Raka dalam PIlpres 2024, Jokowi mengatakan putranya itu belum cukup umur dan meminta agar Gibran tidak didorong menjadi cawapres. "Jangan didorong-dorong, itu sudah tidak logis," sebut Jokowi (Detik.com 29 Mei 2023). 

Namun tak lama berselang, 22 Oktober 2023, Jokowi justru berbalik dan merestui putranya itu ikut dalam pilpres 2024. Inkonsistensi sikap Jokowi bukan baru terlihat di ujung masa pemerintahannya dan mendekati pemilu. Jokowi juga janji akan membentuk kabinet ramping dan tidak ada rangkap jabatan bagi para menteri, namun apa yang tersaji justru sebaliknya. 

Nir keteladanan juga diperlihatkan oleh Gibran sebagai representasi pemimpin dari kalangan muda. Gibran yang baru tiga tahun jadi wali kota sebelumnya mengaku akan tetap di Solo dan memilih untuk 'ngurusi' Solo, juga masih memiliki banyak kekurangan sehingga belum layak untuk menjadi cawapres. 

"Ilmunya belum cukup, pengalamannya belum cukup," ucap putra sulung Jokowi tersebut (Kompas.com, 26 Mei 2023).  Namun yang terjadi kemudian Gibran bersedia atau menerima pinangan sebagai cawapres Prabowo. Satu sikap politik yang bukan saja tidak elok untuk diteladani, tapi juga telah memberikan kontribusi bagi upaya menghidupkan kultur dinasti politik yang sebelumnya telah pula mengakar di sejumlah daerah. 

Kisah Anwar Usman, Jokowi, dan Gibran saat itu, apakah hingga kini rakyat Indonsia dapat melupakannya? Jawabnya, mustahil.

Pasalnya, hingga Pilpres usai. Kini, dalam ranah Pilkada 2024, bahkan keteladanan Jokowi yang "mencla-mencle", lalu ikut turun gunung cawe-cawe Pilkada hingga ada yang mengungkap tentang Partai Coklat (Parcok), justru diikuti oleh Presiden Prabowo.

Prabowo pun tidak malu, saat makan berdua dengan Ridwan Kamil (RK) di suatu rumah makan. Bahkan, Presiden Prabowo menyempatkan waktu menemui cagub dan cawagub Jawa Tengah, Ahmad Luthfi dan Taj Yasin Maimoen, didampingi Jokowi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun