Tetapi, dalam empat laga sebelumnya, STy nampak kebanyakan melakukan coba-coba dalam meracik tim. Sejak laga awal hingga laga ketiga, vs Arab Saudi, Australia, dan Bahrain, publik sepak bola nasional sudah mengkritisi cara STy yang terus melakukan coba-coba pemain.
Puncaknya, publik semakin geram, saat STy dianggap tidak menurunkan komposisi tim terbaik saat ditekuk China. Bahkan, publik China pun menganggap mereka dapat menang, karena STy sombong dan meremehkan mereka.
Untuk itu, laga versus Jepang, akan menjadi pembuktian bagi STy, apakah akan terhukum lagi oleh perbuatannya sendiri, kalah karena masih coba-coba komposisi pemain?
Realistis
Pada akhirnya, sebelum laga versus Jepang tersaji, khususnya bagi publik sepak bola Indonesia, bila Garuda kalah, itu realistis karena sesuai dengan catatan matematis antara Indonesia dan Jepang.
Bila akhirnya Indonesia dapat membungkam Jepang, bukan hanya memecahkan rekor sebagai penakluk Jepang, artinya STy dan pemain yang dipercaya turun gelanggang, sudah membuktikan diri layak sebagai pelatih dan pemain yang akan tampil di Piala Dunia 2026.
Harapan saya, setelah laga versus Jepang usai, ada salah satu dari tiga pernyataan berikut yang menjadikan publik/netizen/warganet legawa:
(1) Sebab, game plan, strategi, taktik, dan komposisi pemain tepat, Indonesia layak menang atas Jepang, atau
(2) Sebab, game plan, strategi, taktik, dan komposisi pemain tidak tepat, Indonesia layak kalah atas Jepang, atau
(3) Game plan, strategi, taktik, dan komposisi pemain sudah tepat, tetapi level Indonesia memang masih di bawah Jepang, maka pantas kalah.
Bagaimana bila, kejadiannya sesuai pernyataan (2)? Artinya apa?