Selain ditunjang oleh bakat dan usaha keras, keberhasilan dan kesuksesan seseorang dalam kehidupan di dunia, didukung oleh 20 persen kecerdasan IQ dan 80 persen kecerdasan EQ. Bila IQ dan EQ tidak ditempa sejak dini (usia anak), melalui pola makan, membaca, dan olahraga beregu/tim, mustahil akan terlatih, tertempa, dan berkualitas hingga menjadi manusia yang sukses.
(Supartono JW.11112024)
Apakah Anda, saat masa kecil-dewasa (usia TK-SD-SMP-SMA-Perguruan Tinggi) termasuk golongan orang-orang yang gemar "membaca" dan "olahraga tim"?
Bila jawabannya, ya. Tentu  Anda akan merasakan hasilnya sekarang. Menjadi manusia yang minimal "tahu dunia" dan "pandai bersosialisasi". Bila jawabannya, tidak. Jujurlah pada diri Anda, apakah Anda "tahu dunia" dan "dapat bersosialisasi" dengan benar dan baik?
Bila kini Anda sudah menjadi orang tua, dan sudah memiliki anak. Atau jika Anda kini sedang persiapan untuk menjadi orang tua, maka, harapannya, peristiwa kehidupan Anda di masa kecil hingga dewasa dapat diulang untuk anak Anda, karena saat kecil hingga dewasa, Anda gemar.membaca dan memiliki aktivitas olahraga tim.
Namun, bila saat kecil hingga dewasa, Anda bukan penggemar "membaca". Juga tidak melakukan aktivitas "olahraga tim", berikut ada panduan ilmiah untuk anak Anda.
Panduan ilmiah
Dilansir dari CNBC Indonesia.com, Minggu (10/11/2024) para ahli saraf dari Universitas Eastern Finlandia menemukan pentingnya dua kegiatan yang dapat meningkatkan kepintaran seorang anak.
Temuan ini merupakan hasil riset yang dilakukan selama dua tahun terhadap 504 anak-anak berusia 6 hingga 9 tahun. Hasil dari penelitian ini diterbitkan dalam sebuah studi peer-review.
Hasilnya, anak-anak yang menghabiskan lebih banyak waktu membaca dan aktif dalam tim olahraga dapat mengembangkan keterampilan berpikir yang lebih baik dibandingkan yang hanya fokus pada aktivitas seperti komputer tanpa pengawasan hingga permainan bebas yang tidak terstruktur.
Hasil lainnya, hal terbaik dalam memperoleh kecerdasan diperoleh anak-anak yang aktif dalam kegiatan olahraga, suka membaca, serta mengonsumsi makanan sehat.
Artinya, kualitas dan pola makan, aktivitas olahraga dalam tim, serta kegiatan membaca, signifikan meningkatkan kemampuan kognitif anak. Kognitif adalah segala hal yang berkaitan dengan proses berpikir, memahami, dan memecahkan masalah.
Dijelaskan lebih terperinci dari temuan hasil penelitian ini, bahwa aktivitas fisik terstruktur, seperti olahraga tim (sepak bola, basket, voli, dll), dapat meningkatkan keterampilan otak anak-anak, didasarkan pada penelitian sebelumnya, yang menunjukkan adanya hubungan jelas antara peningkatan aktivitas fisik dan peningkatan fungsi otak, termasuk memori dan kemampuan belajar.
Di sisi lain, National Institutes of Health, juga mengungkapkan temuan dari hasil penelitiannya, bahwa anak-anak yang melakukan olahraga (terutama tim) memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi dan tingkat kecemasan serta depresi yang lebih rendah dibandingkan teman-temannya.
Secara khusus, olahraga tim/beregu mendorong peningkatan kesehatan mental dengan memadukan aktivitas fisik dengan hubungan sosial.
Universitas Cambridge pada awal 2023, dalam penelitiannya juga menemukan bahwa membaca untuk hobi ternyata berhubungan dengan kesehatan mental, kreativitas, dan keterampilan berpikir yang lebih baik pada anak-anak.
Sementara, menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Cincinnati Children's Hospital, anak-anak yang lebih sering membaca mendapat skor tes kognitif lebih tinggi dibandingkan anak-anak yang mengganti waktu membaca mereka dengan bermain handphone atau komputer.
Selanjutnya, penelitian oleh American Psychological Association, menghasilkan temuan, anak-anak yang bermain video game di handphone atau layar komputer tidak selalu buruk. Pasalnya, video game menawarkan beberapa manfaat bagi perkembangan anak-anak, seperti meningkatkan daya ingat, kesadaran spasial terutama jika dimainkan dalam kelompok akan sangat signifikan melatih keterampilan sosial.
Khusus hasil penelitian dari American Psychological Association, terkait anak-anak yang bermain video game di handphone atau layar komputer tidak selalu buruk ini, banyak ditanggapi oleh berbagai pihak. Tanggapan umumnya adalah asal terkontrol. Artinya ada pengawasan, sehingga anak-anak tidak kecanduan.
Sebab, bukan hanya terjadi di Indonesia, di hampir seluruh dunia, sudah ada dampak serius terhadap anak-anak yang kecanduan bermain video game di handphone atau layar komputer.
Kontrol
Agar anak-anak berkembang jiwa dan raganya dengan benar baik, sesuai hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa untuk raga yang sehat dan kuat, kualitas dan pola makan anak yang terstruktur, benar, dan baik adalah pondasinya.
Untuk jiwa yang sehat dan kuat, kebiasaan membaca akan meningkatkan kualitas kognisi anak. Meningkatkan intelegensi (IQ). Dan, melakukan aktivitas olahraga tim/beregu akan menempa mental, kepercayaan diri, keberanian, kerjasama, kerja tim, menjauhkan anak dari karakter egois dan individualis.
Juga membuat anak tahu malu, tahu diri, punya empati-sempati, menghargai, mudah beradaptasi, mudah bersosialisasi, hingga karakter rendah hati. Simpulnya menguatkan kepribadian, personality (EQ) anak.
Ingat, selain ditunjang oleh bakat dan usaha keras, keberhasilan dan kesuksesan seseorang dalam kehidupan di dunia, didukung oleh 20 persen kecerdasan IQ dan 80 persen kecerdasan EQ. Bila IQ dan EQ tidak ditempa sejak dini (usia anak), melalui pola makan, membaca, dan olahraga beregu/tim, mustahil akan terlatih, tertempa, dan berkualitas hingga menjadi manusia yang sukses.
Mengapa, Presiden Prabowo tidak membuat paket program: Makan Gratis, Membaca, dan Olahraga Beregu/Tim untuk anak Indonesia, ya? He he...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI