Bahkan, saya kutip dari CNBC Indonesia (21/10/204), sesuai laporan terbaru Intelligent, platform konsultasi pendidikan dan karier, mengungkap data mengejutkan terkait pekerja Gen Z. Sekitar enam dari 10 perusahaan yang disurvei melaporkan telah memecat lulusan universitas yang baru mereka rekrut tahun ini.
Beberapa alasan yang disebutkan di balik keputusan ini antara lain: kurangnya motivasi atau inisiatif - 50 persen, kurangnya profesionalisme - 46 persen, keterampilan berorganisasi yang buruk - 42 persen, keterampilan komunikasi yang buruk - 39 persen, kesulitan menerima feedback - 38 persen, kurangnya pengalaman kerja yang relevan - 38 persen, keterampilan pemecahan masalah yang buruk - 34 persen, keterampilan teknis yang tidak memadai - 31 persen, ketidakcocokan budaya - 31 persen, dan kesulitan bekerja dalam tim - 30 persen, dan masih banyak sebab lainnya.
Bakat, hard skill, dan soft skill
Di hampir setiap disiplin ilmu, kegiatan, hingga pekerjaan di dunia ini, banyak hasil penelitian yang  menyebutkan bahwa kesuksesan seseorang akan datang dari kombinasi antara bakat dan kegigihan usaha kerja keras.
Banyak hasil penelitian juga yang menyebut bahwa
Kemampuan Intelektual (hard skill) tidak menjamin seseorang akan sukses dalam hidupnya. Sebab tingkat intelektual hanya mendukung 20 persen dari pencapaian prestasi dan keberhasilan seseorang. Sementara 80 persennya, berasal dari kemampuan kepribadian (soft skill).
Literasi menyoal hal tersebut, sudah banyak terpublikasi di media massa dan ruang-ruang diskusi ilmiah, seminar pendidikan, dll.
Terkait hal tersebut, dalam ranah sepak bola, lebih dari 34 tahun, saya pun sudah membuktikan kebenarannya.
Dalam ranah pendidikan, sebagai praktisi dan konsultan pendidikan independen pun, saya sudah membuktikan kebenaran tentang kesuksesan seseorang dipengaruhi oleh bakat, soft skill, dan hard skillnya.
Terkait hal ini, tidak pernah terbayang sebelumnya, karena murid yang pernah saya ajar saat SD, Nadiem Makarim berkesempatan menjadi Menteri Pendidikan di zaman Presiden Jokowi. Begitu pun Dito Ariotedjo yang saya ajar saat SMP, kini melanjutkan menjabat menjadi Menpora di rezim Presiden Prabowo. Saya tahu keduanya saat SD dan SMP.Â
Saat itu, saya sudah sedikit  tahu tentang soft skill dan hard skill keduanya. Dan, nyatanya, benar karena kompetenai soft skill (personality/kepribadian) mumpuni. Hard skill (otak/intelektual) juga mumpuni, ditunjang oleh bakat bawaan alami serta kerja keras dan kegigihan. Membawa mereka berhasil.
Terkait pemain timnas Indonsian sebelumnya pun, beberapa kali sudah saya sampaikan kepada Indra Sjafri, Bima, Sakti, Nova Ariyanto, hingga STy, melalui artikel plus pesan via WA, bahwa para pemain timnas dalam skuat yang diasuhnya, sangat terbatas yang cerdas intelektual (hard skill) dan cerdas personality (soft skill), padahal kedua kompetensi tersebut pondasi menuju sukses.