Lihatlah, jangankan timnas U-17 dan U-20, meski kini bertabur pemain yang dibina di luar negeri, beberapa pemain yang di bina di luar negeri pun ikutan seperti pemain binaan lokal Indonesia, kurang kompeten dalam soft skill dan hard skill.
Hayo para orang tua, pembina, pelatih, di sepak bola akar rumput, sudah paham tentang hard skill dan soft skill anak-anak yang dibina belum? Mau digiring ke mana mereka? Menjadi pemain sepak bola? Atau lainnya?
Anak seribu bendera?
Mirisnya, banyak pembina/pelatih/orang tua di sepak bola akar rumput merusak soft skill (kepribadian, karakter) anak-anak menjadi manusia yang tidak berkarakter (tidak bertanggung jawab, tidak tahu diri, tidak tahu berterima kasih) karena anak dijadikan komoditi mimpi "mereka" sampai dikorbankan menjadi "anak seribu bendera", menclok sana, menclok sini hanya demi ambisi.
Sadarlah, di sepak bola akar rumput, batas anak bermain sepak bola, sama dengan masa anak menjalani sekolah formal. Sesudah itu, selesai. Jangan waktu emasnya malah dibuang dengan membunuh karakter soft skill, menjadikan anak seribu bendera SSB. Pun memaksakan menjadi pesepak bola tanpa mau tahu rapor TIPSnya. Rapor soft skill dan hard skillnya.
Ayo "Setop Menjadikan Anak, Korban Mimpi Orang Tua dan Pembina, dalam Hal Sepak Bola".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H