Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kabinet Prabowo, Kado Indah 79 Tahun untuk Rakyat Indonesia?

18 Oktober 2024   22:47 Diperbarui: 19 Oktober 2024   00:26 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Hadirnya pemimpin baru setelah Indonesia merdeka 79 tahun yang lalu, seharusnya memberikan dampak signifikan bagi rakyat agar mentas dari belenggu penjajahan, penderitaan, kemiskinan, kebodohan, dan ketidak adilan, sebab sudah hengkang penjajah kolonialisme.

Namun, jelang pelantikan Presiden baru, nyatanya, rakyat malah disuguhi drama-drama yang ujungnya, sepertinya rakyat akan tetap dan  terus menjadi korban dari pemimpin baru dari kroninya.

Seharusnya pelantikan Presiden dan wakil presiden terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka pada 20 Oktober 2024 di Gedung MPR/DPR RI, Jakarta, mulai pukul 10.00 WIB. Menjadi kado indah bagi rakyat Indonesia.

Tapi apakah benar akan menjadi kado indah bagi rakyat Indonesia? Atau rakyat yang 58 persen saja? Bukan untuk yang 42 persen? Versi KPU?

Pesta pora siapa?

Di kalangan rakyat jelata yang, maaf, yang statusnya akademisi, ahli, praktisi, pengamat, dan rakyat biasa, melihat proses persiapan kabinet Prabowo ini, tak ubahnya semacam siap-siap pesta pora demi balas budi untuk kalangan mereka sendiri, bukan untuk rakyat. 

Apa pun alasannya, skenario membentuk kabinet gemuk sudah ada sutradaranya. Pelakonnya yang duduk di DPR, merevisi aturan. Lalu, Presiden pun tinggal menjalankan skenario yang bisa jadi, bukan dari keinginannya.

Bandingkan Amerika

Dalih Indonesia negara besar, maka kabinet gemuk adalah logis. Tapi lihat Amerika dan China. Besaran mana dengan Indonesia? Kabinet Amerika hanya diisi 15 kementerian.

Padahal Amerika Serikat memiliki luas wilayah 9.372.610 km. Indonesia luasnya hanya 1.904.569 km daratan dan 3.257.483 km perairan. Jumlah penduduk Amerika Serikat pada Oktober 2024 diperkirakan mencapai 345,43 juta jiwa. Jumlah penduduk Indonesia per 18 Oktober 2024 adalah 284.152.257 jiwa.

Apakah dalih negara besar, lalu justifikasi dengan membuat kabinet gemuk masuk akal? Bila dibandingkan dengan Amerika? Lucu, buat kabinet alasan mengada-ada. Dikira rakyat jelata masih bodoh!

Kabinet terima kasih/zaken?

Jejak digital juga tidak akan menghapus apa yang diungkap oleh Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani yang menyebut kementerian mendatang akan dibentuk menjadi kabinet zaken.

"Di mana yang duduk adalah orang-orang yang ahli di bidangnya, meskipun yang bersangkutan berasal atau diusulkan dari parpol," ujar Muzani beberapa waktu lalu seperti sudah dilansir oleh berbagai media.

Bertolak belakang dengan pernyataan Muzani, siapa yang sudah dipanggil ke Kertanegara dan Hambalang oleh Prabowo? Rakyat juga menyaksikan. Kira-kira berapa sosok yang terkategori zaken? Para pakar di bidangnya?

Yah, habis Mulyono, sepertinya uang rakyat malah mau buat habis-habisan demi pesta pora "mereka". Siapa yang menjilat dan menjilat, sama saja. Tetap saja di depan kamera televisi "cengengesan". Aji mumpung karena "jilatannya" di akomodir Prabowo. Tetapi, nantinya digaji juga dari uang rakyat

Sekali lagi, Prabowo dan kabinetnya, kira-kira akan menjadi kado indah bagi siapa? Di saat rakyat jelata terus berkubang dalam penderitaan, kemiskinan, dan ketidak adilan? Semoga bagi seluruh rakyat Indonesia yang tidak terbatas oleh persentase 58 atau 42 persen, ya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun