Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kericuhan Sepak Bola PON, Mengalah, dan Tentang IQ, EQ, SQ SDM +62

15 September 2024   20:54 Diperbarui: 15 September 2024   20:54 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Kendati Ketua Umum PSSI, Erick Thohir sedang memperjuangkan  sepak bola Indonesia untuk naik kasta di Asia Tenggara, Asia, dan tingkat Dunia, dengan "berbagai upaya".

Upaya yang dicederai

Upaya itu kini sudah menuai hasil. Di antaranya, di ronde 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026, Indonesia di bawah asuhan Shin Tae-yong (STy) dalam dua laga awal mampu menahan dua tim langganan Piala Dunia, Arab Saudi di kandangnya (1-1) dan Australia di SUGBK (0-0). Hasil ini pun signifikan mendongkrak peringkat FIFA Indonesia ke posisi 129 dunia.

Sayang, upaya Erick mengangkat derajat sepak bola Indonesia, justru dalam tempo hanya 3/4 hari dirusak oleh praktisi sepak bola nasional di kancah sepak bola amatir, dalam gelaran PON XXI Aceh-Sumut 2024.

Dalam laga perempat final sepak bola PON XXI, Sabtu (14/9/2024) yang disiarkan secara live oleh salah satu televisi nasional, publik sepak bola Indonesia dibuat prihatin atas perilaku kasat mata para pemain dan ofisial tim, pemicunya adalah pengadil di lapangan yang menanam kontroversi. Ujungnya, buah yang dipetik adalah kericuhan yang menciderai persepak bolaan nasional.

Kericuhan ini, melengkapi tragedi getir sepak bola PON XXI, karena tiga hari sebelumnya, Rabu (11/9/2024) Kapten tim sepakbola PON Sumatera Utara (Sumut) Alif Eka Rizky diduga dikeroyok tim Papua Barat di lobby hotel di Banda Aceh. Akibatnya, Alif mendapat dua jahitan di bagian hidung.

Dalam kericuhan antara Aceh vs Sulteng, pertandingan pun mau tidak mau dimenangi Aceh yang dinyatakan menang walk out (WO).

Pertanyaannya, mengapa sampai terjadi pemukulan terhadap wasit oleh pemain dalam sebuah laga? Sementara pemukulan terhadap pemain juga terjadi di luar laga dalam kancah sepak bola PON?

Refleksi SDM +62

Dalam artikel ini saya tidak akan membahas kisah tragedinya, tapi menarik benang merah, bahwa kericuhan di sepak bola, juga kericuhan di seluruh bidang lainnya di Indonsia, adalah buah akibat dari masalah/sebab pendidikan di Indonesia yang terpuruk, sehingga sumber daya manusia (SDM)nya masih berkutat di pusaran lemahnya kecerdasan otak/intelegensi (IQ), kecerdasan emosi/personaliti (EQ), dan kecerdesan spiitual (SQ).

Rakyat yang sudah mengenyam pendidikan, masih banyak yang tetap lemah intelegensi (I/IQ) dan personality (P/EQ). Meski banyak pula rakyat yang belum mengenyam pendidikan, tetapi meski intelegensinya belum diasah, personalitynya tetap baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun