Konsentrasi meningkat
Setelah sekolah meninggalkan perangkat digital, siswa kelas delapan Miko Mantila dan Inka Warro, keduanya berusia 14 tahun, mengatakan konsentrasi mereka meningkat sejak buku kembali tersedia. "Membaca, misalnya, jauh lebih mudah dan saya dapat membaca lebih cepat dari buku," kata Mantila, meskipun ia menambahkan bahwa menulis lebih mudah dilakukan pada perangkat digital.
Warro menambahkan bahwa: "Jika Anda harus mengerjakan pekerjaan rumah larut malam, akan lebih mudah untuk tidur jika Anda tidak hanya menatap perangkat."
Pernyataan Mantila dan Warro, diamini oleh Minna Peltopuro, seorang ahli saraf klinis yang bekerja di kota tersebut yang mengiringi perubahan pola pendidikan tersebut, menjelaskan bahwa total waktu yang dihabiskan di depan layar harus dikurangi hingga minimum.
Remaja Finlandia saat ini menatap layar hingga enam jam per hari rata-rata. Karena penggunaan digital yang berlebihan menimbulkan risiko fisik dan mental, seperti masalah mata dan meningkatnya kecemasan.
Selain itu, Peltopuro menjelaskan bahwa mengerjakan banyak tugas sekaligus, otak sangat rentan terhadap pekerjaan yang banyak dan terutama di usia muda, seseorang tidak dapat mengelolanya dengan baik.
Merdeka Belajar?
Maaf Mas Nadiem, sebelum lengser, di hadapan DPR, kan pamit dan nitip Merdeka Belajar. Apakah sudah ada penilitian dampak perangkat digital yang dijadikan ujung tombak Program Merdeka Belajar?
Finlandia saja, kini malah kembali ke pena dan kertas. Sadar bahwa dunia digital malah membuat belajar tidak konsentrasi. Menjadi celah para siswa, untuk mengelabui guru dan orang tua, padahal bermain game hingga bermedsos ria, bukan belajar atau mengerjakan tugas.
Dari sisi kesehatan, peggunaan perangkat digital berlebihan, menimbulkan risiko fisik dan mental, seperti masalah mata dan meningkatnya kecemasan, dll.
Sekali lagi, lihatlah Finlandia, sistem pendidikannya telah memperoleh pengakuan global atas hasil-hasilnya yang baik dalam beberapa dekade terakhir dan kesiapannya untuk mencoba teknik-teknik pengajaran baru. Tetapi, agar tidak terus berdampak buruk, demi kebaikan dan kebenaran, pendidikan di Finlandia kembali ke pena dan kertas.