----
79 Nusantara Baru Indonesia Maju. Semoga kata-kata tersebut bukan sekadar slogan.
----
Rp 87 miliar, wajar
Rp 87 milir uang rakyat segera dihaburkan oleh PESTA HAJATAN Presiden Joko Widodo (Jokowi) demi tercatatnya sejarah pribadi di IKN. Mengapa oleh Jokowi? Sebab yang bertanggung jawab atas penggunaan anggaran itu adalah Jokowi, demi merealisasikan ambisi pribadinya.
Anggaran yang disebut jumbo oleh beberapa media, berbagai pihak dan rakyat, justru disebut Jokowi hal wajar. Jokowi malah beropini dengan membuat Kamus Besar Bahasa Jokowi (KBBJ) dengan membuat makna wajar sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), menjadi makna wajar sesuai KBBJ, yaitu: wajar adalah sesuatu yang tidak wajar.
Demi mewujudkan Pesta Hajatan Jokowi (PHJ), berlindung di balik acara kenegaraan Hari Ulang Tahun (HUT) RI ke-79, Jokowi pun melalui tangan-tangannya dikabarkan sampai menyewa 1.000 unit mobil untuk pesta hajatannya di IKN. Namun belakangan, hal itu dibantah oleh istana. Tamu undangan akan dimobilisasi menggunakan bus. Yang benar mana, nanti tentu akan terungkap.
Rakyat yang selama ini menjadi ujung tombak terkumpulnya uang APBN, bahkan tidak pernah dimintai pendapat atau izin, uang sebesar RP 87 miliar akan dipakai untuk PHJ yang memanfaatkan momentum HUT RI ini.
Rakyat pun tidak dimintai izin bahwa  PHJ dalam momentum HUT RI ke-79, anggarannya meningkat sekitar 64 persen dari realisasi anggaran pelaksanaan HUT RI ke-78 pada tahun 2023 di Jakarta, yaitu sebesar Rp 53 miliar.
Yang namanya PHJ, dan dipaksakan demi ambisi pribadi, maka pengadaan alat-alat pelaksanaan upacara yang belum tersedia di IKN pun diupayakan dan wajib ada.
Begitu pun kebutuhan anggaran untuk jamuan tamu upacara HUT RI yang disebut cukup besar karena belum tersedianya sarana dan prasarana yang memadai di IKN.
Momentum sakral
Luar biasa, momentum SAKRAL, Â peringatan HUT RI, yang seharusnya menjadi kebahagiaan untuk rakyat Indonesia karena telah lepas dari penjajahan kolonialisme, dengan perjuangan dan pengorbanan yang dibayar dengan darah dan nyawa, peringatannya justru dijadikan pesta pora ambisi pribadi.
Bahkan, dalam mewujudkan ambisi pribadinya, yang bisa jadi didukung oleh pihak "tertentu" yang hanya berkepentingan dan mencari keuntungan pribadi dan gerbongnya, Jokowi malah dengan enteng terus menyepelekan bangunan bersejarah peninggalan penjajah kolonialisme.
Bahkan di berbagai kolom komentar media massa dan media sosial pun warganet sangat kecewa dan marah atas pernyataan Jokowi yang mengungkapkan dirinya selalui dihantui saat berada di Istana Negara Jakarta dan Bogor. Sebab, itu dia memaksakan berdirinya IKN.
Warganet pun rata-rata menanggapi bahwa Presiden kita ini sudah mulai masuk fase Post power syndrome karena sebentar lagi lengser. Dan sekaligus meminta Jokowi membongkar semua Stasiun Kereta dan bangunan-bangunan bersejarah peninggalan Belanda.
Dalam kolom komentar, disimpulan bahwa netizen, warganet, sangat sedih, prihatin, miris, karena demi ambisi IKN, Jokowi sampai menutup mata bahwa bangunan peninggalan kolonialisme itu, yang membangun dan mengerjakan juga rakyat jelata Indonesia. Dikerjakan oleh tangan-tangan Indonesia yang sampai disiksa, berdarah-darah, hingga kehilangan nyawa.
Ingat, Rp 87 miliar itu uang rakyat, tapi demi wujudkan mimpi pribadi, keluarga, dinasti, oligarki, cukong, dll, dengan entengnya dipakai untuk PHJ terselubung di balik HUT RI. Sementara sebagian besar rakyat Indonesia yang miskin pendidikan, miskin harta, masih tetap bergelimang penderitaan, harus menjadi penonton, uangnya dipakai pesta pora dengan langkah tanpa hati, buta, dan tuli.
Adakah keberkahan dari perayaan HUT RI ke-79 yang seharusnya sakral, tetapi diubah menjadi pesta demi melayani ambisi pribadi? RP 87 miliar Itu uang rakyat. Apakah siap bertanggung jawab?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H