Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Bola

Melengkapi Cerita Nova Arianto tentang Pemain Timnas Rendah Intelegensi (IQ)

12 Agustus 2024   22:27 Diperbarui: 12 Agustus 2024   22:29 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW


Kecerdasan intelektual, sosial, emosional, analisis, kreatif-imajinatif, dan iman (ISEAKI) adalah ujung tombak untuk menuju "keberhasilan" seseorang di kehidupan dunia dan kehidupan akhirat kelak.

Ujung tombak keberhasilan seseorang dalam permainan/olah raga, adalah kecerdasan teknik, intelegensi, personality, dan speed (TIPS).

(Supartono JW.12082024)

Senin (12/8) di beberapa media dan media sosial, mengutip dari sumber yang sama, yaitu YouTube Arya Sinulingga, diungkap oleh Nova Arianto soal level kecerdasan intelektual (IQ) pemain Timnas Indonesia.

Bukan berita baru

Nova menyebut, pelatih Shin Tae yong (STy) pernah meminta agar pemain tidak diberi banyak instruksi.

"Coach Shin selalu sampaikan sepak bola sekarang kita membutuhkan orang-orang yang cerdas, karena analisa coach Shin kalau di saat dia melatih dan saat dia di luar lapangan," kata Nova dikutip dari kanal YouTube Arya Sinulingga.

Nova melanjutkan bahwa, STy punya perhatian khusus dengan kecerdasan pemain Timnas Indonesia. Sebab, pemain dengan IQ tinggi, dianggap bisa menangkap intruksi dan mengeksekusinya dengan lebih baik. Demi mendapat informasi soal IQ para pemain, pernah ada tes IQ untuk pemain Timnas Indonesia.

"Berapa pemain saya enggak usah sebut namanya, ada si A. Coach coba cek ini IQ-nya berapa dan kebetulan kami punya staf, ada yang pernah melakukan tes IQ kepada pemain-pemain tersebut. Akhirnya setelah dilihat, tuh kan coach benar segini, dia masuknya di level bawah."

Setelah mengetahui level IQ para pemain, Nova pun mengungkap cerita lucu yang terjadi di Timnas Indonesia. Nova mengungkap STy pernah melarang tim pelatih untuk memberi instruksi kepada pemain tertentu.

"Pemain itu tidak bisa diberikan input atau arahan yang sangat banyak. Jadi yang simpel-simpel saja. Jadi pernah saat main pemain itu dimarahin itu makin ngeblank, jadi panik karena dia engak bisa mikir lagi, mau ke mana lagi."

"Akhirnya coach Shin sampaikan saat kita mau bicara, udah jangan banyak bicara, biarin dia main aja. Kalau kita banyak bicara dia nanti enggak bisa mikir, pemain ini biarin saja," tutup Nova.

Atas cerita Nova ini, publik sepak bola nasional, saya yakin ada yang bertanya-tanya, mengapa cerita tentang pemain Timnas yang rendah IQ alias tidak cerdas intelektual (I) baru dibeberkan sekarang? Terlambat sekali, Nova! Itu bukan berita baru!

Publik sudah tahu

Maaf, tidak harus dibeberkan oleh Nova dalam YouTube Arya Sinulingga, publik sepak bola nasional sejatinya sudah tahu kisah pemain Timnas Indonesia yang rendah intelegensi, bahkan jauh sebelum STy datang.

Saya sendiri bahkan berturut-turut sudah mengungkap penemuan STy atas kondisi teknik, intelegensi, personality, dan speed (TIPS) dalam artikel yang bersambung.

Awal STy datang dan menangani Timnas, STy sudah "membaca" fisik (speed/S) pemain Timnas rendah. Pembenahan Awal pun dimulai oleh STy dalam hal speed pemain.

Berikutnya, seiring berjalannya waktu, STy semakin paham bahwa pemain Timnas lemah dalam hal teknik (T), lemah passing dan control.

STy pun akhirnya tahu pemain Timnas rendah intelektual (I), rendah personality (P). Sebab, intelegensi yang rendah signifikan terhadap personality (emosi, kepercayaan diri, mental, mengambil keputusan, dll) yang rendah.

Semua temuan STy tentang pemain Timnas yang rendah TIPS itu sudah saya ulas dilengkapi sebab dan latar belakangnya.

Jadi, kisah pemain Timnas rendah intelegensi alias rendah otak ini bukan cerita baru. Tetapi cerita usang yang baru diungkap Nova, seolah cerita baru.

Sepak bola akar rumput, parah!

Apa sih maksudnya? YouTube Arya Sinulingga baru mengungkap hal yang menurut saya sudah kadaluwarsa, basi. Tetapi tetap tidak menjadi perhatian untuk dibenahi?

Sepak bola akar rumput dan wadahnya tetap tidak disentuh oleh PSSI dengan benar. Anak-anak bermain sepak bola hanya dicekoki teknik dan speed oleh para pelatih yang hanya berbekal lisensi pelatih sepak bola yang kursusnya hanya seminggu/dua minggu/sebulan, sesuai kategori lisensinya.

Dapat apa pelatih dengan lisensi itu? Tidak ada bekal akademik pelatih tentang kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi pedagogi, dan kompetensi profesional.

Melatih teknik dan speed pun tidak berdasarkan keilmuan yang memadai. Apalagi tidak memiliki bekal keilmuan yang dapat mengetahui pemain itu cerdas intelegensi dan cerdas personality.

Saya yakin, PSSI dan publik sepak bola nasional sadar akan hal ini. Betapa parahnya sepak bola akar rumput Indonesia.

Bayangkan, Pendidikan Formal Anak Usia Dini hingga mahasiswa saja sampai sekarang masih tercecer dan dianggap belum berhasil, padahal ada Anggaran Pendidikan 20 persen dari APBN, ada Kemendikbudristek. Guru dan dosen minimal berjazah S1 dan S2. Bahkan banyak yang sudah memiliki kompetensi guru/dosen. Sudah mengantongi sertifikasi guru/dosen.

Bagaimana sepak bola akar rumput yang obyeknya juga anak PAUD, tetapi pelatihnya tidak berpendidikan S1 atau S2, sekadar berbekal lisensi pelatih D/C/B/A?

Di sini dapat dijawab bukan? Bagaimana pemain bola kita akan cerdas TIPS, pelatihnya saja banyak yang tidak tahu/tidak paham TIPS. Pun tidak cerdas TIPS.

Persoalan TIPS ini, PSSI tidak bisa sok jagoan sendiri. Malah cari prestasi dengan cara instan. Andai PSSI bekerjasama dengan Kemendikbudristek agar sumber daya manusia (SDM), baik pelatih dan pemain tergarap hingga dapat kompeten dan cerdas TIPS, itu adalah solusi terbaik.

Tetapi, dari catatan yang ada, di bawah Kemendikbudristek, pendidikan nasional masih terus terpuruk. Sebabnya apa? Jawabnya rakyat cerdas tentu tahu. Saya pun sudah mengulas di berbagai artikel pendidikan di berbagai media.

Rapor TIPS pemain Timnas U-19 dan U-16

Kembali ke masalah TIPS, dalam perhelatan Piala AFF U-19, meski Timnas Indonesia U-19 asuhan Indra Sjafri dapat meraih juara. Namun, dalam prosesnya, saya pun mengiringi dengan analisis yang selalu saya sampaikan kepada Indra Sjafri melalui artikel.

Dari laga fase grup, semi final, hingga final. Saya mencatat, tidak lebih dari 8 pemain yang memiliki kecerdasan intelegensi dan personality yang seharusnya sesuai standar. Terlebih, tanpa harus dilakukan tes IQ, ciri-ciri orang yang rendah IQnya itu dapat diidentifikasi dari sikap dan tindakannya.

Setali tiga uang, Timnas Indonesia U-16 yang diasuh Nova Arianto, dari analisis saya juga sama. Tidak usah saya sebut, berapa pemain yang layak berjersey Timnas karena cerdas I dan P. Nova pun pasti tahu.

Tetapi, di luar masalah pemain Timnas, meski Nova sudah menjadi asisten STy, sebagai pelatih Timnas, Nova belum memiliki kompetensi pedagogi. Berbeda dengan Indra Sjafri dan Bima Sakti, yang saya nilai sudah cakap dalam hal pedagogi, sebab mampu menyelami kepribadian dan sosial pemain.

Tanpa tes, inilah ciri seseorang rendah IQ.

Dari berbagai literasi, tinggi rendahnya Intelligence Quotient (IQ) seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya lingkungan tempat tinggal, latihan fisik, pendapatan keluarga, hingga pendidikannya.

Bahkan, menurut seorang peneliti di King's Collage London, Robert Plomin dikutip dari newssientis.com. "Sekitar 50 persen perbedaan kecerdasan antara orang-orang disebabkan oleh genetika."

Berikutnya, saya rangkum dari berbagai sumber, tanda/ciri seseorang memiliki IQ rendah, di antaranya:

(1) Kurang rasa ingin tahu.
(2) Pikirannya tertutup.
(3) Malas belajar.
(4) Pemalas.
(5) Tidak mampu, tidak mau merefleksi, evaluasi diri.
(6) Tidak dapat berpikir kritis
(7) Tidak berpendirian.
(8) Tidak kreatif, apalagi inovatif.
(9) Buruk dalam mengambil keputusan.
(10) Tidak memiliki motivasi

Dilansir dari psychmechanis.com orang yang memiliki IQ rendah biasanya memiliki rasa ingin tahu yang kurang, sehingga membuat mereka terjebak pada tingkat pengetahuan mereka saat ini. Tidak berkembang.

Seseorang dengan IQ rendah cenderung tertutup terhadap ide, opini, dan informasi baru membuat pengetahuan mereka tidak berkembang. Biasanya mereka hanya berpegang teguh pada pengetahuan yang dimiliki sehingga membuat mereka hanya cukup akan pengetahuan tersebut.

Kebanyakan orang dengan IQ rendah menganggap bahwa belajar merupakan kegiatan yang dapat membuang waktu, sehingga mereka malas untuk belajar. Tak hanya itu, biasanya ketika mereka sudah lulus, mereka akan berhenti belajar dan tidak tertarik dengan kegiatan yang dapat menambah pengetahuan mereka.

Mereka yang memiliki IQ rendah tidak memiliki keinginan, sehingga membuat mereka tidak melakukan kegiatan apapun untuk mencapai tujuan tertentu. Terkadang mereka akan memilih hidup biasa saja dan tidak memahami pentingnya  hal-hal penting dalam kehidupan.

Kemampuan untuk merenungkan hal-hal adalah salah satu keterampilan kognitif yang dimiliki manusia. Orang dengan IQ rendah sangat malas untuk merenung, merefleksi diri, mengevaluasi diri hingga mengakui kesalahan.

Orang denga IQ rendah cenderung malas untuk berpikir kritis. Mereka lebih suka untuk berpikir secara realistis karena tidak membutuhkan energi yang begitu banyak.

Orang dengan IQ rendah cenderung malas untuk mengubah mimpi mereka serta berpegang teguh pada pemikiran yang mereka pelajari sebelumnya alias tidak berpendirian.

Orang dengan IQ rendah kurang memiliki kreativitas apalagi inivatif, karena pemikiran mereka yang stuck di satu tempat dan tidak mau berkembang.

Orang dengan kecerdasan rendah sering mengalami kesulitan memotivasi diri mereka sendiri dan cenderung tidak menikmati kegiatan yang mereka lakukan. Tidak mampu memotivasi diri untuk bangun, berpakaian, atau bahkan keluar rumah secara rutin.

Orang-orang dengan IQ rendah secara konsisten gagal dalam mempertimbangkan keputusan yang mereka ambil, sehingga membuat mereka sering kali salah dalam mengambil langkah dan tindakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun