Sepak bola akar rumput dan wadahnya tetap tidak disentuh oleh PSSI dengan benar. Anak-anak bermain sepak bola hanya dicekoki teknik dan speed oleh para pelatih yang hanya berbekal lisensi pelatih sepak bola yang kursusnya hanya seminggu/dua minggu/sebulan, sesuai kategori lisensinya.
Dapat apa pelatih dengan lisensi itu? Tidak ada bekal akademik pelatih tentang kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi pedagogi, dan kompetensi profesional.
Melatih teknik dan speed pun tidak berdasarkan keilmuan yang memadai. Apalagi tidak memiliki bekal keilmuan yang dapat mengetahui pemain itu cerdas intelegensi dan cerdas personality.
Saya yakin, PSSI dan publik sepak bola nasional sadar akan hal ini. Betapa parahnya sepak bola akar rumput Indonesia.
Bayangkan, Pendidikan Formal Anak Usia Dini hingga mahasiswa saja sampai sekarang masih tercecer dan dianggap belum berhasil, padahal ada Anggaran Pendidikan 20 persen dari APBN, ada Kemendikbudristek. Guru dan dosen minimal berjazah S1 dan S2. Bahkan banyak yang sudah memiliki kompetensi guru/dosen. Sudah mengantongi sertifikasi guru/dosen.
Bagaimana sepak bola akar rumput yang obyeknya juga anak PAUD, tetapi pelatihnya tidak berpendidikan S1 atau S2, sekadar berbekal lisensi pelatih D/C/B/A?
Di sini dapat dijawab bukan? Bagaimana pemain bola kita akan cerdas TIPS, pelatihnya saja banyak yang tidak tahu/tidak paham TIPS. Pun tidak cerdas TIPS.
Persoalan TIPS ini, PSSI tidak bisa sok jagoan sendiri. Malah cari prestasi dengan cara instan. Andai PSSI bekerjasama dengan Kemendikbudristek agar sumber daya manusia (SDM), baik pelatih dan pemain tergarap hingga dapat kompeten dan cerdas TIPS, itu adalah solusi terbaik.
Tetapi, dari catatan yang ada, di bawah Kemendikbudristek, pendidikan nasional masih terus terpuruk. Sebabnya apa? Jawabnya rakyat cerdas tentu tahu. Saya pun sudah mengulas di berbagai artikel pendidikan di berbagai media.
Rapor TIPS pemain Timnas U-19 dan U-16
Kembali ke masalah TIPS, dalam perhelatan Piala AFF U-19, meski Timnas Indonesia U-19 asuhan Indra Sjafri dapat meraih juara. Namun, dalam prosesnya, saya pun mengiringi dengan analisis yang selalu saya sampaikan kepada Indra Sjafri melalui artikel.
Dari laga fase grup, semi final, hingga final. Saya mencatat, tidak lebih dari 8 pemain yang memiliki kecerdasan intelegensi dan personality yang seharusnya sesuai standar. Terlebih, tanpa harus dilakukan tes IQ, ciri-ciri orang yang rendah IQnya itu dapat diidentifikasi dari sikap dan tindakannya.