(4) Praktiknya dalam laga, babak pertama 7 pemain pertama bermain 5 menit. 5 menit berikutnya 7 pemain kedua. Begitu pun di babak kedua. 7 pemain pertama bermain 5 menit. 7 pemain kedua menyelesaikan 5 menit berikutnya.
Itulah yang konsisten dilakukan pelatih. Tetap sesuai dengan game plan, strategi, dan taktik sesuai hasil latihan, 7 pemain pertama dan kedua, komposisinya pun tetap. Tidak pengaruh oleh lawan yang hanya berpikir mencari menang dan memainkan pemain pilihan, meski tim dalam posisi tertinggal gol.Â
Karena visi, misi, dan tujuan ikut kompetisi adalah praktik dari hasil pendidikan, pelatihan, dan pembinaan yang sudah dilakukan dalam latihan reguler. Bukan mengabaikan siswa duduk di bench pemain demi "ambisi" yang "haram" bagi pembinaan akar rumput.
(5) Bila di akhir laga, tim tetap tertinggal gol, di situlah dicatat penyebabnya untuk diperbaiki lagi dalam latihan. Bila tim akhirnya menang gol. Itu adalah bonus dari hasil pendidikan, pelatihan, dan pembinaan yang sudah dilakukan dalam latihan reguler yang dipraktikkan dengan benar dan baik.
Bagaimana bila di akhir laga setengah kompetisi tim tidak lolos babak 16 besar?
(1) Tidak ada masalah. Karena yang pasti, dengan lolos atau tidak lolos, di dalamnya banyak sekali praktik pembelajaran khususnya dalam hal sepak bola, dan umumnya nilai-nilai kehidupan nyata bagi siswa.
(2) Bagi SSB Sukmajaya, sebagai SSB Pembinaan Murni, prestasi hasil pendidikan, pelatihan, dan pembinaan hingga kompetisi bukan tentang hal mengangkat trofi. Tetapi tentang hal membentuk karakter manusia agar tahu diri, berbudi, dan rendah hati di kehidupan nyata.
Alumni menjadi pelatihÂ
Salah satu fakta prestasi di luar mengangkat trofi itu, jelang umur SSB Sukmajaya 27 tahun, para alumni SSB Sukmajaya, selain berhasil ada yang menjadi pemain Timnas Indonesia, behasil dalam pekerjaan menjadi ASN, TNI, Polri, swasta, tidak lupa tetap menjadi ujung tombak regenerasi pemain sepak bola usia dini.
Dalam kompetisi yang di helat di Sentul Minggu (11/8), ternyata bertambah, ada 5 alumni yang mengampu tim-tim di SSB lain karena mereka menemui pendiri SSB Sukmajaya di lokasi.Â
Dari 5 alumni itu, semasa mereka menjadi siswa SSB Sukmajaya, ada alumni yang nilai rapor TIPSnya di bawah standar. Tetapi dalam kehidupan nyata, berbekal ilmu dari SSB Sukmajaya, ternyata tetap ada yang diminta dan dibutuhkan oleh SSB lain menjadi pelatih.
Bagaimana dengan ribuan alumni SSB Sukmajaya yang lain? Apakah banyak yang sudah menjadi pelatih di SSB lain? Jawabnya tidak terhitung.